Yogya (KU) – Petani saat ini merupakan kelompok terbesar yang dirugikan karena dampak perubahan iklim global. Selain kerugian ekonomi dan kesejahteraan, perubahan iklim dikhawatirkan akan berdampak pada pertambahan angka kemiskinan dan kekurangan gizi di tingkat pedesaan.
“Perubahan iklim menyebabkan berkurangnya produktivitas petani sehingga secara langsung meningkatkan angka penduduk miskin dan kekurangan gizi kesehatan di pedesaan,” kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam pidato sambutannya yang dibacakan oleh Sekda DIY, Ir. Tri Herjun Ismadji, M.Sc., dalam pembukaan Workshop Agrometeorologi dan Pembangunan Berkelanjutan. Workshop berlangsung di Gedung Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM, Senin (19/4).
Fenomena perubahan iklim ini seharusnya perlu mendapat perhatian serius segenap pihak, terutama dari kalangan lembaga penelitian dan perguruan tinggi, untuk memberikan informasi lengkap pada petani. “Petani kita tidak tahu menghadapi perubahan iklim dan musim ini. Namun, lembaga penelitian dan perguruan tinggi belum sepenuhnya memberikan informasi ini kepada petani,” ujarnya.
Dampak perubahan iklim terhadap produktivitas petani mendesak untuk ditangani secara serius agar tidak muncul masalah sosial di masa mendatang. Sri Sultan juga mengharapkan perguruan tinggi mempersiapkan SDM berkualitas dan sarat pengetahuan untuk menangani masalah ini.
Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Kasumbogo Untung, M.Sc., mengatakan mayoritas petani kurang mengetahui bagaimana menghadapi iklim ekstrim dan perubahan musim dalam budidaya tanaman dan usaha tani. Sementara itu, berbagai layanan informasi cuaca dan iklim yang diberikan oleh lembaga pemerintah, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi masih jauh dari jangkauan petani untuk dapat memanfaatkan informasi tersebut.
Dengan pemberdayaan petani oleh kalangan perguruan tinggi, diharapkan para petani mampu menghadapi perubahan iklim yang khas lokasi dengan penyesuaian sikap, perilaku, dan keterampilan petani dengan kondisi iklim baru sehingga mereka tidak dirugikan.“Perubahan pola tanam, budidaya, dan berhemat dalam penggunaan air khusus di daerah hujan terbatas diharapkan dampak perubahan iklim tidak terlalu berpengaruh,” jelasnya.
Seperti disampaikan Dekan Fakultas Pertanian UGM, Prof. Ir. Triwibowo Yuwono, Ph.D., pihaknya kini tengah melakukan transfer pengetahuan untuk pemberdayaan petani dalam layanan agrometeorologi dalam menghadapi perubahan iklim.
Kegiatan transfer pengetahuan tersebut, menurut salah satu tim ahli pertanian UGM, Ir. Anjal Anie Asmara, M.Si., telah dilakukan dalam dua tahun terakhir pada kelompok tani Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul. “Kita mengajarkan para petani untuk belajar adaptasi dan mitigasi. Adaptasi dengan cara siap stok benih. Untuk meminimalkan dampak, kita mengajak mereka membangun embung dengan cara memanen air di musim hujan,” terang Anjal. (Humas UGM/Gusti Grehenson)