Pemerintah akan melakukan impor gula 1.041.627 ton untuk memenuhi kebutuhan gula nasional tahun 2022. Ketua Komisi VI DPR RI, Drs. Aria Bima, menyebutkan pemerintah wajib menjamin ketersediaan gula di pasar domestik dengan harga yang terjangkau masyarakat. Pemerintah harus bertindak tegas menegakkan hukum jika tidak ingin jatuh pada jebakan pangan (food trap) akibat pilihan kebijakan yang bermuara pada penyediaan yang bertumpu pada impor.
Ia menuturkan dalam Rakortas pada 26 Oktober 2021 terdapat 781.555 ton jumlah izin impor. Lalu, pada UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan (UU Pangan) memungkinkan kebijakan impor. Namun begitu, Bapenas harus melihat tingkat urgensinya dan tidak boleh menguntungkan kebijakan tertentu.
“Kurangi impor perlahan dengan meningkatkan produktivitas dalam negeri dan pembenahan SDM gula,” katanya dalam Seminar Gula Nasional Peningkatan Kesejahteraan Petani Tebu Menuju Swasembada Gula Nasional Berkelanjutan, Jumat (8/7) yang berlangsung secara daring dan luring terbatas di Balai Senat UGM.
Lebih lanjut Aria Bima mengungkapkan Indonesia pernah mengalami kejayaan gula pada tahun 1930-1932 dan menjadi salah satu negara pengekspor gula terbesar dunia. Namun, saat ini industri gula dalam negeri tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan gula baik untuk konsumsi maupun industri.
“Impor gula terus meningkat dengan rata-rata 19 persen per tahun,”urainya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, H. Dedi Mulyadi, S.H., meminta kepada pemerintah untuk cermat dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan peningkatan produksi gula. Selain itu, juga dilakukan secara berkelanjutan tanpa merugikan petani dan tidak merusak lingkungan sekitar.
Tak hanya itu, untuk mewujudkan swasembada gula 2024 Dedi Mulyadi meminta perusahaan perkebunan atau pabrik gula untuk membantu penyediaan benih unggul spesifik lokasi dan penataan varietas. Berikutnya pengembangan dan membina perkebunan rakyat di sekitar perkebunan serta membantu pengolahan dan pemasaran kebun rakyat dalam rangka kemitraan.
“Akademisi maupun peneliti diharapkan bisa menghasilkan benih unggul sesuai kebutuhan varietas yang diperlukan,” imbuhnya.
Sementara itu, masyarakat atau petani diharapkan melaksanakan pembangunan kebun sesuai dengan standar baku teknis budi daya yang baik. Lalu, untuk asosiasi-asosiasi pergulaan dapat membantu dengan melakukan pengawalan pelaksanaan kebijakan sektor pergulaan nasional.
Ia berharap para stakeholder bisa melaksanakan pembangunan industri gula dengan deviasi minimal. Disamping hal tersebut juga mendorong pengembangan komoditas alterntif yang dapat diolah menjadi gula.
Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Agribisnis UGM, Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc., menyampaikan pemaparan terkait peluang peningkatan produktivitas tebu dalam rangka akselerasi swasembada gula nasional. Dari hasil studi yang dilakukan di 6 pabrik gula di lingkungan PTPN 11 pada tahun 2018 menunjukkan adanya peluang peningkatan produksi tebu secara signifikan.
Data tahun 2020 mencatat potensi peningkatan produksi tebu PTPN+rakyat berdasar protas tertinggi saat ini adalah 37.999.015 ton. Sedangkan berdasarkan protas maksimal dicapai yakni 48.244.833 ton.
Lalu, peluang peningkatan produksi gula nasional dengan teknologi yang dikuasai petani saat ini bisa ditingkatkan menjadi 3.326.750 ton. Dengan teknologi yang lebih baik, produksi gula nasional bisa ditingkatkan menjadi 4.047.237 ton.
“Lalu bagaimana agar produksi gula nasional bisa mencapai 5,9 juta ton sehingga kebutuhan konsumsi rumah tangga dan industri bisa dipenuhi tanpa harus impor?,” tuturnya.
Metode Ring-Pit
Irham mengatakan hal tersebut bisa dicapai dengan terobosan teknologi melalui adpopsi medtode ring-pit. Teknologi ini telah diaplikasikan di India. Tebu ditanam di lubang bundar (ring-pit). Bakalan tebu ditanama secara melingkar dengan mengikuti kontur lubang.
Dengan metode ini menghemat pupuk, daya serap tanaman terhadap pupuk maksimal, menghemat air, batang yang tumbuh besar-besar. Selain itu juga meningkatkan produktivitas dan rendemen seperti yang dilaporkan Indian Institute of Sugarcane Research dimana tingkat produktivitas tebu di India meningkat dua hingga tiga kali lipat (100-300%).
“Sementara berdasar hasil penelitian kita, peningkatan produktivitas maksimal sebesar 1,75 kali atau 78 persen. Dengan adopsi metode ring-pit memungkinkan kita tak hanya swasembada namun juga bisa mengekspor gula,”paparnya.
Peningkatan produktivitas baik dengan metode eksisting maupun denganmetode ring-pit membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun, data tersebut bisa dialokasikan dari pungutan impor gula (levy) dikenakan pada importir gula yang besaranya ditetapkan dengan peraturan.
Penulis: Ika