Universitas Gadjah Mada mengadakan ‘Sarasehan Nyawiji Menuju UGM-1 Kelompok Alumni’ secara daring pada Sabtu, (16/4). Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah menyediakan platform sarasehan yang mengintegrasikan suara warga kampus khususnya alumni terkait aspirasi untuk bakal calon rektor UGM di periode 2022-2027. Sebelumnya, telah diadakan Forum Sarasehan Tenaga Kependidikan, Mahasiswa, Dosen, Guru Besar, serta diakhiri dengan Forum Sarasehan Kelompok Alumni.
Forum Sarasehan diawali oleh paparan Dr. Friderica Widyasari Dewi yang merupakan Alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Paparan Friderica dibagi menjadi empat poin utama meliputi harapan kepada Rektor UGM Periode 2022-2027, fenomena saat ini dan tren kedepan, membangun World Class University (WCU), serta kesimpulan dan saran.
Harapan kepada Calon Rektor UGM adalah pertama mengejewantahkan nilai-nilai ke UGM-an yang kuat dalam kehidupan akademik dan pola hubungan UGM dengan lingkungannya. Kedua, memastikan UGM sebagai universitas yang menerapkan praktik terbaik yang setara dengan universitas dunia dalam tata kelola. Ketiga, mengokohkan dan meneguhkan posisi UGM sebagai salah satu center of excellence institusi pendidikan tinggi terbaik di Indonesia, Asia, dan dunia. Keempat, mempertahankan UGM sebagai universitas peringkat terunggul di tingkat nasional dan mampu membuat terobosan untuk lompatan peningkatan pemerolehan peringkat UGM lebih tinggi lagi di persaingan global dalam lima tahun ke depan.
“Untuk beberapa disiplin ilmu di dalam domestik kita sudah nomor satu. Jadi kita sangat mengapresiasi dan sangat bangga menjadi bagian UGM yang prestasinya sangat luar biasa. Namun, masih ada ruang beberapa tahun kedepan untuk meningkatkan prestasi UGM secara global,” papar Friderica pada Sabtu, (16/4).
Pada bagian kedua Friderica menyampaikan bahwa fenomena saat ini dan tren kedepan adalah terkait dengan Industri 4.0, Society 5.0, Pandemi Covid-19, Start-up & New Economy, ESG & Green Economy, dan Automation.
“Universitas harus bisa melihat fenomena-fenomena ini dan bisa menyiapkan alumninya agar unggul di dunia industri,” ujarnya.
Ketiga, Friderica menuturkan bahwa untuk membangun World Class University (WCU) membutuhkan tiga faktor meliputri faktor lulusannya, output dari risetnya, dan teknologi transfernya.
Keempat, ia menyampaikan terkait kesimpulan dan saran untuk figur UGM-1.
“Saya mencoba membuat saran untuk figur UGM-1 kedepan adalah pemimpin yang visioner, agile terhadap perubahan, goal oriented dan punya kepedulian. Kedua, bagaimana UGM menjadi universitas yang mampu menyongsong peradaban baru namun tetap tidak kehilangan identitas sebagai Universitas Kerakyatan. Ketiga, mendesain substansi pembelajaran semakin dekat dengan kebutuhan industri dan mengembangkan Career Development Center yang mumpuni,” tutur Friderica.
Diskusi kedua dilanjutkan dengan paparan dari Pulung Agustanto, S.I.P.,. Alumnus Fakultas ISIPOL UGM ini membagi tiga poin penting mengenai potret realitas dunia (industri 4.0, society 5.0, dan geopolitics) nyawiji dalam optimisme, dan peran kampus.
“Peran kampus adalah pendidikan keilmuan sekaligus penggemblengan karakter Pancasila, membuka kesempatan eksposure, kerja sama dengan berbagai pihak, dan pendampingan personal mahasiswa sehingga dapat menyiapkan generasi baik di jalur keilmuan (riset dan akademik), maupun profesional dan entrepreneur,” papar Pulung.
Penulis: Desy