Tiga perempuan Ni Made Sanjiwani, S. Par., M.Sc, Chief Business Officer Godevi Pioneer Pengembangan Desa Wisata Sayan-Ubud Bali, Fortuna Dyah Setyowati, S.E, Ketua Paguyuban Homestay Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara, dan Titin Riyadiningsih, S.H.G, Pengelola Desa Wisata Sumberbulu Desa Pendem, Mojogedang, Karanganyar, tampil sebagai pembicara pada talkshow Kiprah Srikandi dalam Pengembangan Desa Wisata di Era 4.0. Talkshow digelar KAGAMA Pariwisata bekerja sama dengan Desa Wisata Institute dalam rangka memperingati hari Kartini dengan dipandu moderator Dr. Destha Titi Raharjana, M.Si.
Ketiga pembicara sepakat mengungkapkan pengembangan desa wisata di saat ini peran perempuan demikian besar dibanding laki-laki. Bahkan, hampir 70 persen para perempuan berperan tidak hanya sebatas bekerja di lapangan tetapi turut dalam proses pengambilan kebijakan.
Peran-peran inipun telah menarik para perempuan muda. Mereka memiliki magnet turut memberikan masukan-masukan karena telah merasakan manfaat secara ekonomi dalam pengembangan desa wisata.
Gandi Sanjiwani menyatakan peran perempuan cukup tinggi dalam menggerakkan dan mengembangkan desa wisata. Di desa wisata Sayan, keterlibatan perempuan yang dilakukan adalah dengan menghidupkan komunitas.
Pada komunitas seni lukis, misalnya selain laki-laki mereka menghidupkan peran para seniman-seniman perempuan untuk terlibat. Pun dengan keterlibatan generasi perempuan, misalnya saat ada kunjungan tamu mereka bertugas untuk menyiapkan sajian hidangan kuliner khas di Desa Sayan.
“Juga gerakan bank sampah dan ini sudah bersinergi dengan desa wisata dan program ini sudah dibawa kemana-mana. Ini penting karena setiap hari sampah plastik di Desa Sayan bisa mencapai 10-13 ton perhari dan untuk gerakan ini didominasi ibu-ibu PKK,” katanya, Kamis (21/4).
Dari sisi industri wisata, Gandi mengakui desa wisata Sayan dikelilingi hotel-hotel bintang empat dan bintang lima dan 70 persen kepemilikan dari aset-aset maupun properti pariwisata dari Sayan dimiliki oleh orang-orang luar. Kondisi inilah yang kemudian melahirkan pemikiran bersama kepala desa dan tokoh-tokoh desa pada tahun 2020 untuk menginisiasi gerakan comunication base tourism.
“Untuk peningkatan desa pariwisata dan gerakan ini sudah ada SKnya dan secara bersama perlahan-lahan menjaga desa wisata ini,” katanya.
Fortuna Dyah Setyawati mengaku diawal-awal tidak mudah merubah mindset kehidupan petani untuk bisa diajak terlibat dalam desa wisata melalui pengembangan homestay. Petani masih menganggap tabu menyewakan kamarnya untuk para tamu.
Belum lagi soal persepsi masyarakat bahwa membuat homestay sama saja harus membangun gedung atau rumah baru layaknya seperti hotel. Sementara dengan banyaknya potensi wisata dan kunjungan wisata di Dieng tidak sedikit dari wisatawan berkeinginan menginap lebih lama di Dieng.
“Padahal membuat homestay di taraf awal cukup dengan apa yang kita punya dan sebagian kita sewakan untuk para wisatawan,” terangnya.
Dengan kesabaran dan pendekatan yang dilakukan pada akhirnya jumlah homestay di Dieng Kulon yang semula 8-10 di tahun 2006 terus mengalami perkembangan. Pada tahun 2015, jumlah homestay sekitar 30-35 dan kini hampir 200 homestay.
“Harga kentang yang tidak menentu turut menjadi faktor pendorong berkembangnya homestay di Dieng karena mereka bisa merasakan manfaatnya secara ekonomi dengan menyewakan kamarnya untuk menginap,” ungkapnya.
Titin Riyadiningsih menambahkan Dusun Sumberwulu adalah dusun yang biasa-biasa saja yang terletak di sebelah utara Karanganyar. Ia berada di kecamatan yang tidak memiliki daya tarik untuk wisata.
Meski begitu, ia meyakini Dusun Sumberwulu memiliki sumber daya manusia yang memliki semangat untuk merubah dusunnya sehingga dalam pengembangannya Dusun Sumberwulu tidak menjual tiket wisata tetapi paket wisata.
“Memang awalnya terlalu berani kita sebenarnya belum siap tetapi tetap melaunching paket wisata, seperti paket wisata edukasi biogas, edukasi pertanian dan lain-lain. Karena kita kesulitan menggerakkan masyarakat tanpa bukti, tapi setelah itu baru kemudian terbentuk desa wisata dengan pelaku utama pokdarwis,” ucapnya.
Penulis : Agung Nugroho