Yogya, KU
Kondisi perubahan iklim global yang terjadi saat ini telah menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat luas dengan munculnya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih dan meluasnya penyebaran penyakit tropis, malaria, demama berdatrah dan diare.
“Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca yang berlebihan dan pemanasan global merupakan faktor terjadinya perubahan iklim ini,†kata mantan Deputi Kementerian Lingkungan Hidup Hoetomo MPA dalam kegiatan diskusi Policy Forum ‘Climate Change Antisipastion : What Shall We Do?’, Jumat (28/3) di Gedung MAP UGM.
Hoetomo menyebutkan, perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan munculnya musim kemarau yeng berkepanjangan yang mengakibatkan terjadinya kekeringan dan meningkatnya potensi kebakaran hutan. Namun saat memasuki musim penghujan, turunnya hujan berlangsung lebih cepat dengan intensitas curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan banjir dan tanah longsor.
“Kita sekarang sudah merasakan dampak perubahan ilklim tersebut dengan terjadinya banjir dan tanah longsor dimana-mana,†katanya.
Menurut Hoetomo, dampak yang jauh lebih besar dari perubahan iklim ini, yakni berupa mencairnya lapisan es terutama di daerah kutub utara dan selatan yang berakibat naiknya permukaan air laut.
“Peningkatan permukaan air laut ini menyebabkan tenggelamnya beberapa daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, termasuk di Indonesia,†jelasnya.
Selain itu, tambah Hoetomo, perubahan iklim juga menyebabkan hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan kondisi perubahan suhu.
Hoetomo sependaoat jika masyarakat diajak dan disadarkan kembali untuk menyesuaikan diri terkait dengan perubahan iklim, agar mampu meminimalisasi dampak yang telah terjadi dan mengantisipasi resiko sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan.
“Dalam usaha mengurangi efek rumah kaca dan memperlambat laju pemanansan global. sebaiknya masyarakat kita gemar menanam pohon dan menggunakan tanaman hidup sebagai pagar rumah,†harapnya.
Dirinya menyarankan, pemerintah segera melakukan aksi nasional dalam menghadapi perubahan iklim global ini dengan melakukan kegiatan mitigasi dan adaptasi. Kegiatan mitigasi dilakukan di sektor energi, sektor pemanfaatan lahan dan hutan, serta di sektor kelautan dan perikanan. Manfaat dari mitigasi ini untuk meningkatkan kemampuan sumber daya hutan dan lahan di daerah pesisir pantai untuk menyerap karbon sehingga mengurangi efek gas rumah kaca.
“Mitigasi dengan cara menanam mangrove dan vegetasi pantai, melakukan rehabilitasi terumbu karang melalui transpalantasi terumbu buatan, selain itu menambah luas wilayah konservasi laut menjadi 9,5 juta hektar,†katanya.
Sementara bentuk adaptasi dilakukan di sektor sumber daya air, sektor pertanian, kelautan, pesisir dan perikanan, sektor infrastruktur, sektor kesehatan, sektor kehutanan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
.