Tim dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada tengah melakukan riset pemurnian kedelai hitam Mallika. Riset yang sudah berjalan sekitar dua tahun ini diharapkan bisa menghasilkan variasi turunan unggul sehingga bisa menjadi varietas baru turunan dari kedelai Mallika. “Di alam kedelai mengalami perkawinan, ada kemungkinan penyimpangan yang kita anggap unggul. Kita memurnikan mallika pakai DNA, sudah dua kali kita murnikan dan dapat varian baru dengan potensi yang yang lebih,” kata ketua tim kedelai Fakultas Pertanian UGM, Dr. Tri Harjoko, SP., MP., Minggu (16/5) di area persawahan padukuhan Gulon, Desa Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta.
Tri Harjoko menyebutkan riset pemurnian dilakukan dengan mengambil satu biji dari setiap tanaman kedelai Mallika pada saat dipanen yang kemudian ditanam kembali. Setelah tiga kali panen dan tiga kali tanam mendapatkan potensi produksi yang cukup menggembirakan dibandingkan dengan kedelai Mallika. “Umumnya kedelai Mallika dapat 200-300 polong per tanaman. Namun, dari riset kita dapat 600 hingga 1.200 polong untuk satu tanaman. Artinya satu biji bisa menghasilkan 1.200 polong atau 2.000 biji saat panen,” paparnya.
Untuk saat ini, riset pemurnian kedelai Mallika ini baru pada tahap uji adaptasi dan ujian potensi pada musim penghujan dan kemarau dengan menghasilkan rata-rata produksi 5- 6 ton per hektare. Menurutnya potensi produksi ini melampaui dari kemampuan kedelai hitam sebelumnya yang sebelumnya hanya mampu menghasilkan 2,7 ton per hektare dan rata-rata produksi kedelai nasional yang mencapai 1,3 hingga 1,7 ton per hektare.
“Yang jelas kita punya produk dan catatan potensi produksi polong yang unggul. Kita tanam pada musim penghujan dan musim kemarau relatif tidak ada perbedaan dan ini menjadi bagian dari keunggulan. Potensinya bisa tiga kali lipat dari nasional. Kita hanya butuh konsistensi dengan varietas unggul dari sisi produksi,” katanya.
Menurut Tri Harjoko pihaknya menargetkan dua tahun ke depan hasil dari turunan Mallika ini bisa menjadi varietas baru setelah Mallika diluncurkan pada tahun 2007 sebagai varietas baru dari kedelai hitam yang dihasilkan oleh tim UGM. “Untuk menjadi varietas baru, selain ada uji produksi polong dan uji adaptasi di beberapa lokasi, perlu uji fisiologi untuk mengetahui kadar protein dan kadar lemak yang setara dengan Mallika. Target kita peluncuran varietas baru bisa dilakukan dua tahun ke depan dengan potensi per hektare di atas 6 ton,”jelasnya.
Tugiyo, 62 tahun. Petani kedelai hitam sekaligus kepala pedukuhan Gulon ini menceritakan ia mulai menanam kedelai hitam sejak 2006 ketika diajak oleh UGM dan PT Unilever. Ia berhasil mengajak ratusan petani di pedukuhannya menanam kedelai hitam yang ditanam pada saat musim kemarau di area tanah persawahan mereka. Ia sangat antusias membantu UGM bisa menghasilkan varietas baru yang lebih unggul dari sebelumnnya. “Kalau dulu, per hektare Mallika hasilkan rata-rata 2,5 ton per hektare tergantung luasan. Tahun 2010 pernah warga Gulon panen hingga 12 ton, dianggap terbaik oleh Unilever,” paparnya.
Dekan Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, MP., Ph.D., mengatakan pihaknya mendukung upaya Tri Harjoko dan tim melakukan kegiatan riset pemurnian dari varietas baru Mallika. “Dari fakultas mendukung penuh percepatan hilirisasi sehingga ada varietas baru,”katanya.
Dukungan tersebut menurut Jaka Widada diwujudkan dalam bentuk kucuran pendanaan riset sehingga nantinya bisa mendapatkan jenis varietas baru yang unggul dan menyejahterakan petani kedelai. “Saya kira potensinya sangat luar biasa apalagi bisa dua hingga tiga kali nasional,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson