Yogya (KU) – Getah tannin yang terkandung dalam tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala) tidak hanya mampu menghambat pertumbuhan emisi gas methane (CH4) yang dilepaskan oleh ternak ke lingkungan bebas, tetapi juga memacu pertumbuhan bakteri Fibrobacter succinogenes di dalam rumen. Getah tannin ini diketahui mampu mengurangi berkurangnya kontribusi methane pada efek rumah kaca di atmosfer karena menghambat pertumbuhan methanogens sehingga mengurangi emisi gas methane (CH4).
Seperti diketahui, methane merupakan gas yang lebih kuat 21 kali lipat dibandingkan dengan CO sebagai penyebab efek rumah kaca. Di samping itu, kemampuan tannin dalam memacu pertumbuhan bakteri Fibrobacter succinogenes cukup menguntungkan bagi dunia peternakan karena mampu meningkatkan produktivitas ternak dengan meningkatkan energi tubuh ternak dan memacu produktivitas susu sapi sapi perah.
“Tannin memacu pertumbuhan bakteri Fibrobacter succinogenes yang ada di dalam rumen ternak sapi dan kerbau. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap produksi salah satu asam lemak volatile (VFA), yaitu propionat. Dalam mekanisme metabolisme tubuh, terutama ternak perah, propionate sangat penting keberadaannya untuk suplai energi tubuh. Selain penting bagi metabolisme tubuh, propionate juga erat kaitannya dengan kuantitas produksi susu,” kata staf pengajar Fakultas Peternakan UGM, Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P., saat mempertahankan penelitian disertasi doktornya di University of the Philippines Los Banos (UPLB).
Dalam berbagai referensi, tannin adalah produk sekunder tumbuhan polifenol dalam bentuk getah berwarna bening yang larut dalam air. Namun, apabila teroksidasi berwarna coklat. Dalam disertasinya yang berjudul “Effect of Tannin on the Rumen Ecology of Carabao (Bubalus bubalis) and Cattle (Bos indicus)”. Pria kelahiran Kulon Progo, 31 Desember 1975 ini mengatakan hasil riset yang dilakukannya selama studi di Filipina diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, dunia peternakan, dan lingkungan hidup. “Pengembangan ilmu dan pendalaman materi riset di masa mendatang masih perlu dilanjutkan untuk kesejahteraan umat manusia,” ujar Bambang dalam rilisnya kepada wartawan, Selasa (27/4).
Disampaikan Bambang, selama studi di UPLB tidak hanya mendapatkan kesempatan belajar akademik, tetapi juga non-akademik. Dirinya juga terpilih sebagai President of Searca Scholar Association (SSA) tahun 2007-2008 dan International Muslim Student Association (IMSA) tahun 2007-2010. Pria yang berhasil meraih gelar doktor (Ph.D.) dalam waktu 3 tahun 10 bulan ini mengaku siap kembali mengabdi di UGM, bersama lebih dari 2.500 dosen UGM lainnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)