Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan JICA Jepang mendirikan Fabrication Laboratory (Fab Lab) sebagai sarana pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Fablab ini terintegrasi dengan Field Research Center (FRC) UGM untuk mencari solusi terhadap permasalahan, khususnya di bidang pertanian dan peternakan.
Pendirian FRC diharapkan menjadi sebuah ekosistem pendidikan dan pengajaran yang memegang peranan dalam mencarikan solusi atas suatu permasalahan, mentransfernya kepada industri dan masyarakat, dan menggunakannya dalam mendidik engineer maupun menghilirisasi ke industri. UGM sebagai institusi pendidikan memiliki peranan dalam mempercepat pengembangan sumber daya manusia ini di Yogyakarta, khususnya Kulon Progo dalam rangka mengakselerasi peningkatan kualitas produk lokal khususnya pertanian dan peternakan.
Pendirian Fab Lab ini merupakan salah satu upaya UGM dan Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui Technical Cooperation Project untuk memberdayakan masyarakat Kulon Progo dengan pendekatan open innovation (inovasi terbuka) yang menjunjung tema Jogja Open Innovation for Community Enhancement (JOICE). Dengan adanya Fablab ini masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan untuk solusi-solusi permasalahan teknis, bahkan pengembangan inovasi berbasis potensi lokal Kulon Progo.
Wakil Rektor UGM, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., mengatakan Fab Lab digagas oleh profesor Neil Gershenfeld di The Center for Bits and Atoms, Massachusetts Institute of Technology (MIT). Idenya sederhana yaitu menyediakan lingkungan, keterampilan, bahan dan teknologi canggih untuk membuat berbagai hal dengan murah dan cepat di mana saja di dunia.
Fab Lab memberikan keuntungan antara lain berkurangnya risiko investasi awal dengan memungkinkan pengusaha kecil dan menengah untuk melakukan prototipe dengan murah. Juga dimungkinkan pembuatan sejumlah produk secara berbeda menggunakan bahan-bahan lokal berdasarkan kebutuhan lokal.
“Keuntungan lainnya adalah terfasilitasinya pembentukan masyarakat yang berorientasi pada daur ulang melalui daur ulang bahan limbah lokal dan timbulnya kontribusi nyata untuk merealisasikan masyarakat rendah karbon dengan mengganti transportasi produk dengan transmisi data,” ujarnya saat memberi kata sambutan pada kegiatan open innovation berbasis Fablab, di Gedung Field Research Center Kulon Progo, Selasa (31/5).
Dalam open innovation tersebut, UGM bersama JICA menggelar Ideathon 2022 dengan tema “Jogja Open Innovation for Community Enhancement”. Kegiatan ideathon adalah mencari ide-ide inovatif untuk mencari solusi atas beberapa permasalahan yang dihadapi masyarakat Kulonprogo.
Takuya Okada dari JICA mengatakan pada masa inisiasi ini, Fablab akan fokus pada pengembangan prototype untuk Smart Agriculture, Goat Milk dan Wood Pellet. Dengan pendekatan open innovation ini, disebutnya, ide atau solusi diharapkan tidak hanya datang dari perguruan tinggi, tetapi juga bisa hadir dari petani dan juga dunia usaha.
“Karenanya dalam Ideathon ini peserta yang terlibat tidak hanya datang dari mahasiswa tetapi juga siswa SMK Pertanian Nanggulan, kelompok tani dan juga industri dan start-up,” katanya.
Kepala Bappeda Kulonprogo, Triyono, S.IP., M.Si., berharap kehadiran Fablab dapat mengungkit perekonomian Kulonprogo karena permasalahan yang dihadapi akan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Kehadiran Fablab inipun yang tidak kalah penting sebagai sarana menarik perhatian generasi muda untuk bekerja di bidang pertanian.
“Sekarang bertani tidak harus berpanas-panas dan kotor-kotor di sawah tetapi bisa sambil rebahan di rumah menggunakan teknologi internet,” harap Triyono.
Para petani pun turut menyambut baik pendirian sarana Fablab ini. Mereka berharap dengan adanya Fablab, masalah yang mereka hadapi di lahan dapat teratasi.
“Bila saya sakit itu saya pergi ke puskesmas atau rumah sakit untuk cari obat. Dulu bila saya ada masalah di ladang, saya bingung mau kemana. Tapi sekarang saya tahu saya bisa mencari solusi di Fablab ini,” ujar Ketua Kelompok Tani Sido Dadi, Ngatimin.
Penulis : Agung Nugroho