Sebagai masyarakat dunia yang hidup di abad ke-21, Anda tentu cukup familiar dengan kampanye “go green”, kampanye pembangunan berkelanjutan, kampanye penggunaan sumber energi terbarukan, dan lain sebagainya. Kita juga sama-sama tahu bahwa kampanye-kampanye muncul karena upaya mitigasi terhadap bahaya perubahan iklim. Oleh karena perubahan iklim, ekosistem menjadi “kacau” dan lalu menyebabkan bencana-bencana alam yang ekstrem dan tidak menentu.
Namun apakah hanya bencana-bencana alam saja yang mesti kita waspadai dari perubahan iklim tersebut? Tentu jawabannya adalah tidak, sebab bahaya perubahan iklim tidak hanya sampai disitu. Akan ada banyak aspek yang terpengaruh perubahan iklim, termasuk salah satunya adalah ancaman kepada aspek kesehatan masyakarat.
Guru Besar dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof. dr. Ova Emilia, mengatakan perubahan iklim dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Dampak langsung dapat seperti adanya cuaca ekstrem dan lain sebainya. Sedangkan dampak tidak langsung contohnya seperti ketika perubahan iklim kemudian memengaruhi vektor-vektor atau penyebab penyakit (contohnya nyamuk). Dengan adanya perubahan iklim maka bisa jadi vektor-vektor atau penyebab tersebut bisa hidup lebih panjang atau berubah perilaku.
“Adanya perubahan iklim itu juga akan memengaruhi vektor-vektor atau penyebab-penyebab penyakit, (dimana) mengakibatkan hidupnya akan lebih panjang atau mungkin dia berubah perilaku sehingga menimbulkan problem-problem penyakit yang mungkin juga belum pernah kita ketemukan sebelumnya. Sehingga bukan tidak mungkin kedepan akan muncul problem-problem (penyakit baru) seperti yang kita hadapi dalam 2 tahun terakhir, yakni Covid-19,” tutur Prof. Ova dalam webinar ‘Pemikiran Bulaksumur #11: Kesehatan Manusia dan Planet Bumi’ yang disiarkan melalui kanal Youtube Universitas Gadjah Mada pada Sabtu, (11/6).
Oleh karena untuk memitigasi ancaman perubahan iklim kepada kesehatan masyarakat tersebut, Prof. Ova Amalia berharap bahwa universitas dapat berperan besar untuk mendiseminasikan perilaku-perilaku ‘green’ atau yang berpikir terkait keberlanjutan planet bumi ini. Universitas pun juga diharapkan untuk dapat lebih menghasilkan banyak penelitian guna memitigasi bencana perubahan iklim, serta membantu untuk membuat perencanaan dan kebijakan publik yang diperlukan.
Lakukan Mitigasi Kesehatan Masyarakat Bertingkat
Guru Besar dari FKKMK lainnya, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, mengatakan bahwa mitigasi kesehatan masyarakat dari bahaya perubahan iklim sebaiknya dilakukan pada setiap tingkatan, yakni mulai dari tingkatan individu, sosial, sampai tingkatan struktural.
Mitigasi pada tingkatan individu contohnya dapat berupa memperbaiki perilaku masyarakat, seperti mendorong untuk memiliki pola hidup sehat dan lain sebagainya. Pada tingkatan sosial, mitigasi dapat berupa mengurangi kemiskinan di masyarakat, sebab mau tidak mau pada kenyataan di lapangan, kesehatan sangat berkaitan dengan faktor ekonomi. Serta tentunya juga diperlukan mitigasi pada tingkatan struktural, dimana seharusnya ada regulasi dan kebijakan yang diperlukan.
Penulis: Aji