Dosen Departemen Hubungan Internasional, Fisipol UGM, Drs. Muhadi Sugiono, M.A., menghadiri Pertemuan Negara-negara Penandatanganan Pakta Pelarangan Senjata Nuklir atau Meeting of the States Parties, Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons (TPNW) di Wina, Austria, 21-23 Juni lalu. Muhadi Sugiono hadir dalam pertemuan tersebut sebagai bagian dari aktivis International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), organisasi koalisi masyarakat sipil internasional untuk penghapusan senjata nuklir yang berhasil jadi pemenang Nobel Perdamaian 2017
Menurut Muhadi, pertemuan ini memiliki makna yang sangat signifikan, karena pertemuan ini berlangsung pada saat perkembangan politik internasional yang memungkinkan terjadinya ancaman perang nuklir. Sebab sudah ada perang Rusia dan Ukraina di Eropa, adanya rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok di Asia Pasifik, maupun ketegangan di Timur Tengah dan Semenanjung Korea. “Semua melibatkan negara-negara yang memiliki atau diindikasikan memiliki senjata nuklir,” kata Muhadi, Senin (27/6).
Muhadi menyebutkan pertemuan ini secara jelas mencerminkan kehadiran TPNW sebagai bagian penting dari rezim nuklir internasional untuk menghapuskan senjata nuklir. Kehadiran negara-negara yang bukan negara pihak, termasuk negara-negara yang menentang TPNW dalam pertemuan tersebut menunjukkan bahwa TPNW tidak bisa diabaikan keberadaanya. Bahkan, salah satu negara yang menolak kehadiran TPNW, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa negaranya menolak TPNW tetapi kebijakan-kebijakannya sangat sejalan dengan TPNW.
Hasil yang dicapai dalam pertemuan tersebut, kata Muhadi, peserta menyampaikan pesan yang sangat kuat serta komitmen yang sangat tinggi dari negara-negara pihak yang berhasil mengatasi pesimisme bahwa TPNW tidak akan berjalan karena tidak didukung oleh negara-negara besar dan pemilik senjata nuklir. “Pertemuan tersebut bukan hanya menghasilkan deklarasi yang menegaskan komitmen negara-negara pihak untuk memperjuangkan terwujudnya dunia bebas dari senjata nuklir, yakni semua negara menjadi pihak dari TPNW dan semua senjata nuklir dimusnahkan,” katanya.
Pertemuan juga menghasilkan rencana aksi konkrit untuk mengimplementasikan TPNW, termasuk universalisasi TPNW serta pemberian kompensasi bagi korban dan rehabilitasi lingkungan yang terdampak senjata nuklir ataupun uji coba senjata nuklir. Tetapi, TPNW bukanlah tujuan akhir, tegas Muhadi, apa yang dicapai dalam pertemuan pertama negara-negara pihak tersebut baru merupakan langkah awal dari sebuah perjalanan yang Panjang. “Dukungan lebih banyak negara terhadap TPNW sangat diperlukan. Semakin banyak negara mendukung TPNW, akan semakin kuat legitimasi dan status TPNW sebagai kerangka legal bagi perlucutan senjata nuklir,” jelasnya.
Muhadi juga menambahkan meskipun belum meratifikasi TPNW, Indonesia hadir dalam pertemuan tersebut dan aktif berkontribusi dengan menyiapkan paper bersama Austria dan Costa Rica terkait dengan universalisasi TPNW. Di samping itu, delegasi Indonesia juga aktif dalam memberikan pandangan dalam setiap isu yang dibahas, menegaskan komitmen Indonesia untuk perlucutan senjata nuklir dan TPNW serta menginformasikan bahwa proses ratifikasi sedang berjalan. “Kita berharap proses ratifikasi segera tuntas dan Indonesia bias hadir sebagai negara pihak dalam pertemuan tahun berikutnya yang dipimpin oleh Meksiko,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson