Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada menggelar vaksinasi untuk penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK) untuk hewan ternak yang ada di lingkungan kampus, Rabu (29/6). Sebanyak lebih dari 153 dosis vaksin diberikan pada sapi perah dan sapi potong, kuda, kambing dan domba di lingkungan kampus FKH UGM dan Fakultas Peternakan.
Ketua Satuan Tugas PMK FKH UGM, Prof. Dr. drh. Aris Haryanto, M.Si., mengatakan pemberian suntik dosis vaksin penangkal PMK ini untuk pertama kalinya dilakukan. Selanjutnya empat minggu kemudian hewan ternak tersebut akan mendapat dosis vaksin kedua. Lalu enam bulan kemudian akan mendapat vaksin booster PMK. “Sekitar seratusan sapi kambing dan domba yang divaksin. Vaksin kita dapatkan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY,” ujarnya.
Selain menggelar vaksinasi di lingkungan kampus, di hari yang sama para mahasiwsa dan dosen FKH UGM juga membantu pelaksanaan program vaksinasi PMK di Kecamatan Cangkringan, Sleman DIY dan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Ia menyebutkan hingga saat ini, sudah ribuan ternak yang sudah divaksin oleh tim FKH UGM yang meliputi beberapa kabupaten di tiga provinsi meliputi seluruh kabupaten/kota di DIY, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, dan kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sedangkan di Provinsi Jawa timur meliputi Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung.
Umumnya pelaksanaan vaksinasi dilakukan pada hewan ternak yang sehat. Namun, selama pelaksanaan vaksinasi, Aris menyebutkan bahwa tingkat kesembuhan bagi hewan yang terinfeksi PMK sekitar 95 persen. Namun begitu, peternak diharuskan melapor secepatnya bila mendapatkan hewan ternaknya mengalami gejala terinfeksi PMK sehingga mendapat penanganan dan pengobatan khusus dari dokter hewan. “Ketika terinfeksi segera dilaporkan ke dokter hewan maka tingkat kesembuhan sangat tinggi meski belum divaksin dan belum terinfeksi,” katanya.
Adapun tanda atau gejala hewan yang terinfeksi PMK diantaranya menurut Aris adalah hipersalivasi (air liur berlebihan), lesu, dan nafsu makan berkurang. “Segera dilaporkan dan ditindaklanjuti agar dapat penanganan optimal,” ujarnya
Seperti diketahui sebanyak 5.000 ternak di DIY disinyalir terinfeksi penyakit mulut dan kuku. Namun jumlah tersebut belum sampai 1 persen dari keseluruhan populasi. Seiring dengan pelaksanaan vaksinasi, jumlah kasus harian mengalami penurunan. Dari sebelumnya 400-an kasus setiap harinya menjadi turun 261 kasus. “Setelah vaksin mudah-mudahan lajunya bisa landai,” kata Aris.
Meski saat ini vaksin yang digunakan didatangkan dari Perancis, Aris mengharapkan agar vaksin buatan dalam negeri yang tengah dikembangkan oleh Pusvetma Surabaya segera diluncurkan. “Kalau vaksin sendiri kan berbasis isolat dari virus pmk dari Indonesia. Biasanya butuh penelitian panjang, tapi ini bisa diringkas dan dipercepat agar bisa dipakai seluruh hewan yang sehat. Kita ingin membentuk kekebalan kawanan, jika 70 persen hewan sehat divaksin maka virus ini bisa dihambat. Secara alamiah akan hilang. Kita pernah bebas PMK karena vaksin buatan sendiri,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson