Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) mengadakan Seminar dengan tema “Refleksi dan Proyeksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia” sebagai rangkaian satu tahun Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2022 dan pasca Konferensi Stockholm+50, serta momen Satu Tahun BSILHK pada Jumat, (1/7). Seminar ini diselenggarakan di Ruang Pertemuan Lt.4, Pusat Studi Lingkungan (PSLH), dan disiarkan secara daring melalui Zoom dan Kanal Youtube Badan Standardisasi Instrumen LHK.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup (HLH) 2022 merupakan momen penting untuk terus menumbuhkan, meningkatkan kesadaran, dan kepedulian untuk terus memperbaiki perilaku adil terhadap lingkungan, termasuk meningkatkan kolaborasi dengan Keberadaan Pusat Studi Lingkungan (PSL) dan Pusat Studi Ilmu Lingkungan (PSIL) dalam pengelolaan lingkungan hidup Indonesia.
Sesi pertama seminar diisi dengan pemaparan materi “Sejarah Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia” oleh Ir. Laksmi Wijayanti, M.CP (Inspektur Jenderal KLHK). Kedua, pemaparan materi “5 Dekade Program Pengelolaan Lingkungan Hidup di KLHK” oleh Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc. (Direktur Jenderal PPKL). Ketiga, terdapat materi tentang “Proyeksi Masa Depan Pengelolaan Lingkungan Hidup Indonesia” yang disampaikan oleh Ir. Ary Sudijanto, MSE. (Kepala BSILHK). Terakhir, pemaparan materi “Peran PSL dalam Konservasi Biodiversitas: Refleksi dan Proyeksi Masa Depan” oleh Prof. Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil (BKPSL).
Ary memaparkan terdapat beberapa arahan dan kebijakan lingkungan hidup meliputi peningkatan kualitas lingkungan hidup, proyeksi kebijakan ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon dan untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE), pembangunan berketahanan iklim dengan 4 sektor prioritas (sektor kelautan dan pesisir, air, pertanian, dan kesehatan). Selanjutnya, dibutuhkan perubahan paradigma ekonomi linear menuju ekonomi sirkular.
Sementara itu, Hefni menyampaikan pentingnya menjaga dan mengkonservasi biodiversity dan habitat untuk menerapkan hierarki mitigasi dan pendekatan dalam desain implementasi proyek yang dapat berdampak pada keanekaragaman hayati, untuk mempromosikan pengelolaan sumber daya alam hayati yang berkelanjutan dan sebagainya.
BKPSL sendiri menurutnya sudah melakukan berbagai peran dalam konservasi biodiversity. BKPSL sudah melakukan pendidikan dan pelatihan, melakukan kajian, mengelola Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (JPLB) terakreditasi Sinta, dan mengadakan konferensi dan seminar.
“Proyeksi kedepannya, kita ingin mengintroduksi kepada segenap pemangku kepentingan tentang metodologi konservasi terkini seperti eDNA metabarcoding. Selain itu, kita harus menggalakkan pengarusutamaan pengelolaan biodiversity dan ekologi melalui media massa dan media sosial,” papar Hefni pada Jumat, (1/7).
Sesi kedua seminar diisi dengan pemaran materi “Peran PSL dalam Pengendalian Perubahan Iklim : Refleksi dan Proyeksi Masa Depan” dari Dr. Ir. Mahawan Karuniasa, M.M. (BKPSL). Selanjutnya, pemaparan materi “Peran PSL dalam Pengendalian Pencemarah Lingkungan: Refleksi dan Proyeksi Masa Depan” oleh Ir. Raden Driejana, M.SCE, Ph.D. (BKPSL). Sesi terakhir diisi dengan pemaparan materi “Peran Sekolah Ilmu Lingkungan dalam Pendidikan Lingkungan dan Generasi Muda: Refleksi dan Proyeksi Masa Depan” oleh Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd (PEPSILI).
Nadiroh menyampaikan bahwa pendidikan lingkungan sangat penting dan merupakan cara untuk menyelamatkan generasi penerus.
“Jadi tidak ada pilihan lain. Apabila generasi masa depan ingin selamat dan ingin mendapat keadilan, mari kita bersinergi untuk menjadi core dan kata kunci pendidikan lingkungan hidup di semua aspek kehidupan,” ujar Nadiroh.
Selengkapnya mengenai seminar BSILHK dapat di-klik disini.
Penulis: Desy