Universitas Gadjah Mada (UGM) serius menangani permasalahan kesehatan mental. Dimulai dari dalam lingkungan kampus sendiri, UGM melalui lembaga khusus untuk menangani kesehatan mental, Health Promoting University (HPU), terus memonitori dan mengembangkan sistem penanganan masalah kesehatan mental di lingkungan kampus.
Pada hari Kamis, (7/7) HPU UGM yang bergerak di bawah Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset UGM, telah melaksanakan workshop dengan berbagai stakeholders di lingkungan kampus UGM. Hadir dalam workshop tersebut perwakilan dari Direktorat Kemahasiswaan UGM, Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) UGM, UGM Residences, Tim Safety and Health Environment (SHE) tingkat UGM dan beberapa tim SHE tingkat fakultas, unit Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L) UGM, psikolog fakultas, Gadjah Mada Medical Center (GMC), lembaga mahasiswa seperti BEM KM, Himpunan mahasiswa pascasarjana, organisasi mahasiswa yang bergerak untuk kesehatan mental, serta tim HPU sendiri.
“Workshop yang diselenggarakan hari ini merupakan salah satu keseriusan UGM dalam penanganan masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental ini berkaitan dengan berbagai aspek, sehingga penanganannya juga perlu melibatkan berbagai pihak yang ada di universitas,” tutur Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., PhD selaku ketua HPU UGM.
Workshop setengah hari tersebut diawali dengan pemaparan berbagai permasalahan yang terkait dengan kesehatan mental dan aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan untuk mengatasinya. Setelah memonitor berbagai inisiatif yang dilakukan berbagai perangkat universitas seperti fakultas, unit UGM Residences, Diretorat Kemahasiswaan UGM, lembaga mahasiswa, serta unit layanan dari GMC, untuk penanganan masalah kesehatan jiwa, forum mendapat temuan bahwa masalah kesehatan mental yang dialami oleh berbagai civitas UGM dominan dilatarbelakangi oleh permasalahan keluarga. Forum menyadari bawah sistem penanganan masalah kesehatan mental civitas UGM tidak hanya sampai pada upaya pendampingan masalah akademik semata, tapi sebaiknya juga dilebarkan kepada permasalahan keluarga.
Masalah lainnya yang ditemui adalah permasalahan gradasi masalah kesehatan mental. Koordinator Pokja mental health HPU UGM, Diana Setiyawati, S.Psi.,Psi MHSc, PhD, mengatakan bahwa sebenarnya individu dengan ganguan mental yang benar-benar memerlukan bantuan psikolog dan psikiater adalah 20% saja. Sementara itu, sisanya dapat ditolong oleh individu-individu yang peduli dan memiliki keterampilan dasar membantu orang dengan masalah kesehatan mental.
“Oleh karenanya, sangat perlu membangun kepedulian tentang kesehatan mental, sehingga semakin banyak yang peduli dan siap membantu orang-orang di sekitarnya yang mengalami masalah kesehatan mental dan tidak perlu semuanya dirujuk ke psikolog/psikiater,”tutur Diana Setiyawati.
Pada akhir workshop, Dokter dan Dosen Ilmu Kesehatan Jiwa UGM, dr. Irwan Supriyanto, PhD, SpKJ., mendorong adanya manajer yang dapat bertanggung jawab pada pengelolaan program kampus sehat jiwa pada masing-masing fakultas/sekolah. Manajer program kampus sehat jiwa ini lebih kurang memiliki tugas dalam upaya promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative kesehatan mental berbasis fakultas.
Penulis: Aji