Lima mahasiswa UGM yang tergabung dalam kelompok Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) melakukan penelitian terhadap Komunitas Resan Gunungkidul.
Komunitas Resan merupakan gerakan kolektif dari masyarakat Gunungkidul untuk melakukan konservasi dan revitalisasi mata air atau umbul. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain penanaman pohon, besik atau kegiatan membersihkan area umbul, dan upacara kebudayaan yang disebut rasulan.
“Penelitian ini berfokus pada motivasi, proses terbentuk, dan sumber pengetahuan dari pemuda yang aktif dalam kegiatan Komunitas Resan Gunungkidul,” ujar Yoga Epri Dwi Ananta, mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM yang menjadi ketua tim.
Judul penelitian ini adalah “Perilaku Pro-Lingkungan Generasi Muda Komunitas Resan dalam Upaya Konservasi dan Revitalisasi Mata Air Resan di Kabupaten Gunungkidul”. Tim ini mendapatkan pendanaan oleh Kemendikbudristek pada kompetisi Pekan Kreativitas Mahasiswa 2022 setelah lolos seleksi internal kampus.
Penelitian dilakukan tanggal 3 – 22 Juli 2022 di sejumlah wilayah di Gunungkidul, di bawah bimbingan Dwiko Budi Permadi dari Fakultas Kehutanan UGM. Para mahasiswa mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas tersebut serta melakukan wawancara kepada beberapa anggota komunitas sebagai narasumber kunci.
“Komunitas Resan Gunungkidul tidak memiliki struktur organisasi seperti organisasi pada umumnya, tidak ada daftar pengurus dan nama anggota, hanya grup whatsapp untuk koordinasi. Semua orang dipersilakan untuk bergabung,” ungkap Padmo, Koordinator Kelompok Resan Gunungkidul saat ditemui di Sinambi Farm, Wonosari.
Menurut Yoga, tidak terlalu banyak pemuda di era modern yang memiliki kepedulian pada lingkungan. Dalam penelitian ini mereka berfokus pada generasi muda, termasuk dengan mewawancarai pemuda yang tergabung dalam Komunitas Resan Gunungkidul.
Salah satu pemuda, Kelvin Kahimpong, menuturkan alasannya bergabung dalam Komunitas Resan Gunungkidul. Ia tergerak untuk melakukan aksi nyata dalam upaya konservasi air di wilayah Gunungkidul. Menurut Kelvin, kunci kelestarian lingkungan ada di tangan pemuda. Melalui langkah-langkah kecil yang dilakukan seperti melakukan penanaman, diharapkan pemuda-pemuda dapat sadar akan pentingnya perilaku menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Sumber pendanaan dalam komunitas ini adalah dana usaha sendiri. Komunitas Resan Gunungkidul memiliki usaha kreatif sablon baju yang bernama Umbul Kreatif. Sementara itu, kegiatan pembibitan pohon resan dilakukan pada lahan-lahan pembibitan yang disediakan secara sukarela oleh anggota komunitas.
Kegiatan komunitas ini sendiri sudah terdengar sampai ke tingkat pejabat pemerintahan. Acara rasulan berupa penanaman bibit dan pelepasan lele lokal pada umbul kering dihadiri oleh Heri Susanto selaku Wakil Bupati Gunungkidul dan Gusti Kukuh Hestrianing selaku kerabat Keraton Yogyakarta.
Yoga mengungkapkan, sinergi antara pemerintah dan masyarakat dengan dilandasi tujuan yang sama akan membuat upaya konservasi mata air semakin optimal dan kelestarian lingkungan Gunungkidul semakin terjaga.
“Gerakan kolektif dengan tujuan konservasi sumber mata air ini harus dilestarikan dengan cara menanamkan kesadaran pada pemuda karena pemuda merupakan generasi penerus. Selain itu, pemerintah selaku pembuat kebijakan harus mempertimbangkan local wisdom yang dimiliki oleh masyarakat Gunungkidul dalam melaksanakan fungsi pemerintahan seperti perumusan kebijakan,” tuturnya.