Para orang tua tentu kesulitan menghadapi perilaku anaknya yang berlari kesana kemari, tidak bisa diam. Lepas dari pengawasan sedikit saja, sang anak tiba-tiba bisa menghilang, tidak diketahui pergi kemana.
Melihat perilaku anaknya tersebut, tidak heran para orang tua kemudian menduga anaknya mengalami hiperaktif. Perilaku hiperaktif tersebut memang patut diwaspadai, sebab perilaku itu dapat merugikan diri anak sendiri. Bagi sang anak, hiperaktif dapat menyebabkan anak sulit untuk berkonsentrasi sehingga berisiko tinggi mengalami kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu, hiperaktif juga berisko membuat anak gagal dalam mempertahankan pertemanan, bersosial dan lain sebagainya. Hal ini jelas bahwa hiperaktif dapat mengganggu tumbuh kembang anak. (Baca juga artikel Anak Hiperaktif Tidak Berarti Kurang Pintar)
Namun, perlu orang tua ketahui anak yang tidak bisa diam belum tentu hiperaktif. Perilaku berlari kesana kemari belum tentu menandakan penyimpangan (hiperaktif), tetapi justru malah menunjukkan kenormalan (perilaku aktif).
Dokter spesialis anak Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Ristantio, M.Kes., Sp.A, mengatakan bahwa perilaku anak-anak memang seharusnya begitu yakni berlari kesana kemari. Malah ketika si anak hanya diam-diam saja, orang tua sepatutnya harus waspada.
“Tapi anak itu memang harus begitu (wajar jika berlari kesana kemari). (kalau) anak diam saja, (kita mesti waspada dimana) jangan-jangan kurang hormon tiroid atau mungkin anemia gitu,” tutur , dr. Ristantio dalam talkshow kesehatan ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’ yang disiarkan melalui kanal Youtube Rumah Sakit Akademik UGM pada Rabu, (27/7), lalu.
Memang sulit membedakan anak aktif dan hiperaktif. Oleh karena itu, dr. Ristantio kemudian menunjukkan salah satu cara untuk membedakannya. Dokter Ristantio mengatakan terdapat satu kata kunci yang membedakan anak aktif dengan hiperaktif, dimana anak-anak hiperaktif cenderung destructive/merusak sedang anak aktif tidak.
“Itu adalah cara “kasar” untuk mencurigai bahwa itu adalah suatu hiperaktif. Ini hanya (terjadi pada sebagian) kecil, sebagain besar bocah berlarian kesana kemari itu masih normal karena memang harus seperti itu,” jelas dr. Ristianto
Dokter Ristianto mencontohkan ketika anak hiperaktif mendapati gelas yang ada di atas meja, dia malah sengaja menyenggol agar jatuh dan pecah. Sedang anak aktif yang menyenggol benda tertentu dan berakibat pecah akan kaget, terdiam, dan merasa bersalah.
Penulis: Aji