Sebanyak 164 mahasiswa dari 12 negara mengikuti Summer Course Tropical Aquaculture and Fisheries Management
(SC-TAFM) 2022 yang diadakan oleh Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM.
Dalam kegiatan yang berlangsung 3-29 Agustus 2022 secara virtual ini diikuti para mahasiswa dari Malaysia, Pakistan, Bangladesh, Myanmar, China, Jepang, Yaman, Aljazair, Australia, Bahama, Amerika Serikat, dan Indonesia. Mereka akan belajar dan berdiskusi bersama tentang manajemen perikanan dan akuakultur tropis.
Ketua panitia summer course, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., mengatakan Summer Course on Tropical Aquaculture and Fisheries Management Under Global Environmental Change 2022 dilaksanakan bekerja sama dengan Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) dan Indonesian Networks of Fish health Management (INFHEM) dan dibuka oleh Direktur Kantor Urusan Internasional, I Made Andi Arsana, Ph.D.
Penyelenggaraan summer course ini, dikatakan Murwantoko, sebagai upaya meningkatkan kesadaran pada generasi muda untuk lebih peduli terhadap perubahan iklim global yang berdampak pada berbagai sektor termasuk perikanan. Seperti diketahui Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia dengan kekayaan alam hayati sangat besar dan beragam. Kekayaan alam tersebut menjadi salah satu modal dasar yang harus dikelola dengan optimal untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Indonesia menempati posisi sebaagai produsen perikanan tangkap terbesar kedua di dunia setelah China, begitu pula dengan perikanan budi daya.
Perairan yang menopang perikanan tangkap dan budi daya, lanjutnya, sedang mengalami perubahan yang signifikan dan perubahan ini diperkirakan akan berlanjut di masa depan. Perubahan iklim global tersebut diantaranya telah menimbulkan dampak berupa peningkatan suhu permukaan air laut, pengasaman laut, kenaikan permukaan air laut, dan lainnya.
“Oleh karena itu, perlu peningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan pencegahan sejak dini perlu segera dilakukan, sehingga hal ini menginisiasi dilaksanakannya Summer Course ini,”paparnya
Kegiatan ini mengundang pembicara tamu yang berasal dari Indonesia, USA, Kanada, Japan, Malaysia, China, Australia, Taiwan, Thailand, dan Belgia. Secara keseluruhan ada 26 ilmuwan akan menjadi pembicara, 12 pembicara Indonesia dari berbagai institusi, dan 14 pembicara internasional.
Pada hari pertama summer course, Pakar Perikanan dari Jepang, Prof. Nomura Ichiro, telah memaparkan materi berjudul Pengelolaan Perikanan Sebagai Strategi Penanggulangan Perubahan Iklim. Lalu, Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, memaparkan tentang Pengelolaan Perikanan Budi Daya Berkelanjutan Sebagai Strategi Koping Terhadap Perubahan Iklim.
Sebanyak sembilan topik akan didiskusikan dalam summer course. Beberapa diantaranya terkait perubahan perairan, pengelolaan budi daya dan perikanan tangkap yang dikaitkan perubahan lingkungan global. Diskusi tidak hanya dari pendekatan ilmiah, tetapi juga tentang pemberdayaan masyarakat juga akan dibahas dengan pembicara yang bereputasi internasional.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama, Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D., memberikan apresiasi kepada Departemen Perikanan yang telah menyelenggarakan kegiatan summer course bidang perikanan pertama kalinya.
Penulis: Ika