• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Transisi Energi Nasional Perlu Modal Besar

Transisi Energi Nasional Perlu Modal Besar

  • 11 Agustus 2022, 06:39 WIB
  • Oleh: Satria
  • 13944
Transisi Energi Nasional Modal Besar

Indonesia saat ini tengah berupaya mentransisikan sumber energi nasional kepada sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Sumber EBT tersebut seperti dari angin, panas bumi, tenaga surya, dan lain sebagainya.  

Sebagai target, pemerintah menginginkan pada tahun 2025 nanti, EBT dapat memenuhi 23% kebutuhan energi nasional. Angka ini nantinya akan menggeser penggunaan sumber energi minyak turun menjadi 25% dan energi batubara menjadi 30%. Lebih jauh lagi, di tahun 2050 nanti, pemerintah menargetkan penggunaan energi dari sumber EBT dapat naik menjadi 31% dan menggeser sumber energi minyak turun menjadi 20% serta batubara 25%.  

Namun, untuk mencapai transisi energi tersebut, ada banyak hal yang dibutuhkan, salah satunya tentu terkait masalah energy financing atau pendanaan. EBT memang dikenal sebagai sumber energi yang ramah lingkungan, namun teknologinya tidaklah murah.  

Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri, Muhammad Takdir, mengatakan untuk merealisasikan target transisi energi kepada EBT di atas, negara harus menyediakan lebih kurang 6000 juta USD pertahun-nya. 

Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan tersebut maka investasi asing perlu ditingkatkan, potensi pasar dalam negeri perlu dimaksimalkan, jangkauan pasar EBT dalam negeri perlu diperluas (atau dimana EBT dalam negeri juga turut bisa dijual ke perusahaan di luar negeri), dan lain sebagainya.  

Takdir mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi besar untuk memproduksi EBT. Kemudian dari sisi regulasi, pemerintah juga telah menerbitkan banyak hal yang dibutuhkan. Tapi sayangnya, jika masalah pendanaan di atas tidak bisa diatasi maka semua hal di atas akan menjadi percuma. 

“Tapi saya kira regulasi itu tidak akan bermanfaat kalau masalah financing tadi tidak bisa kita carikan solusinya,” tutur Takdir dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan topik ‘Diversifikasi Energi dan Tantangan Transisi ke Energi Bersih di Tengah Realisme (Geo) Politik’ yang diadakan FISIPOL UGM pada Jumat, (5/8). 

Kebutuhan pendanaan yang begitu besar untuk EBT dibenarkan oleh analis energy financing dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Elrika Hamdi. Elrika mengatakan pendanaan untuk EBT memang sedikit berbeda dengan pendanaan energi konvensional selama ini layaknya minyak bumi dan batubara.  

Tidak seperti pendanaan untuk energi minyak bumi, EBT membutuhkan biaya yang sangat besar di awal. Tapi ketika beroperasi, beban biaya EBT hampir tidak ada. Hal ini bertolak belakang dengan pendanaan minyak bumi, batubara, dan energi konvensional lainnya. Minyak bumi dan kawan-kawan hanya membutuhkan sedikit biaya untuk membangunnya, namun butuh biaya besar untuk mengoperasikannya.  

Penulis: Aji 

 

Berita Terkait

  • Transisi Energi Nasional Modal Besar

    Thursday,11 August 2022 - 6:39
  • Transisi Energi Pasca Pandemi Diperlukan Untuk Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional

    Thursday,23 July 2020 - 21:16
  • Penting, Pemanfaatan Gas Menuju Energi Berkelanjutan

    Friday,31 October 2014 - 16:16
  • Seminar Fakultas Teknik UGM Ulas Isu Transisi Energi dan Industri Kelistrikan

    Saturday,20 May 2023 - 8:29
  • Kajian Strategis Power Wheeling Pada Seminar Nasional BEM KM Universitas Gadjah Mada

    Tuesday,30 May 2023 - 10:43

Rilis Berita

  • Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo Meninggal Dunia 03 June 2023
    Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada berduka atas meninggalnya salah satu guru besar terbaiknya
    Satria
  • Membangun Kemandirian dan Pengembangan Wisata Melalui Desa Binaan HMP UGM 03 June 2023
    Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (HMP UGM) melalui Bidang Aksi Sosial (Aks
    Satria
  • RSA UGM Terima Penghargaan PPKM Award dari Menkes 02 June 2023
    Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM terus berkomitmen tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan
    Gusti
  • Universitas Gadjah Mada di Top 50 Dunia pada THE Impact Rankings 2023 01 June 2023
    Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam jajaran 50 perguruan tinggi terbaik dunia yang memberik
    Satria
  • Minim, Pemda Yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target 01 June 2023
    Percepatan industri telah menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Salah satu isu yang banyak dip
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual