Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), menggelar seminar nasional yang bertema Penguatan Sumber Daya Manusia dan Sosial Ekonomi Menuju Pertanian yang Efisien, Inklusif, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan, Kamis (11/8).
Tak hanya itu, sivitas akademika fakultas juga melakukan deklarasi Bulaksumur yang mendukung Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2022 tentang penguatan fungsi penyuluhan pertanian.
Deklarasi Bulaksumur dibacakan oleh sivitas akademika UGM yang diharapkan menjadi sarana untuk menyuarakan dukungan dan dorongan terhadap percepatan implementasi Perpres No. 35 tahun 2022 agar agar efektif, tepat sasaran, dan berhasil meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani. Selain itu, UGM ingin mengawal pemerintah mewujudkan kedaulatan pangan nasional sekaligus turut berkontribusi secara riil.
Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr, Kepala Badan SDM Kementrian Pertanian, yang menyaksikan langsung deklarasi mengungkap apresiasi atas inisiatif UGM dalam memaksimalkan peran penyuluhan di sektor pertanian. Menurut Dedi, peran penyuluh sangat besar untuk mendongkrak produktivitas pertanian dalam negeri, terlebih dengan adanya isu krisis pangan global.
“70 persen petani kita hanya tamatan SD bahkan tidak sekolah. 1,9 persen saja yang lulus kuliah. Berarti petani kita didominasi petani kolonial dengan tingkat pendidikan rendah. Inilah mengapa peran penyuluh menjadi sangat penting, harus mampu mentransfer teknologi, menjadi inovator dan inspirasi bagi petani. Deklarasi ini kami sambut gembira, kita semua tahu UGM center of excelence pendidikan kita. Ini kabar gembira penyuluh di pelosok tanah air bahwa ada niat luar biasa untuk memperkuat penyuluhan karena produktivitas ditentukan oleh kualitas penyuluh petani kita,” tandasnya usai deklarasi.
Saat ini pemerintah tengah menggenjot lagi penyuluhan pertanian di seluruh Indonesia. Adanya deklarasi dukungan pertama yang muncul dari Bulaksumur diharapkan dapat memacu seluruh daerah di Indonesia.
“Kami meyakini dengan masifnya penyuluhan pertanian ini, 10 tahun lagi kita bisa meningkatkan produktivitas dari 5,2 ton per hektare saat ini jadi 6 ton. Dalam kondisi krisis pangan global memengaruhi dunia harapannya ini bisa membawa negara kita survive karena saat ini pun sebenarnya kita tidak terdampak,” tandasnya.
Penulis : Agung Nugroho