Untuk membangun pariwisata Kabupaten Blora, Jawa Tengah ke depan dituntut mampu menampilkan keunikan dan identitas tersendiri yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain. Sebagai contoh wilayah Cepu dan sekitarnya yang memiliki ratusan sumur-sumur minyak tua yang dikelola secara tradisional dapat dijadikan destinasi wisata unik.
Karenanya Desa Wisata seperti di Nglobo dan Ledok yang saat ini tengah menjadi perhatian Pemerintah Kabuaten Blora untuk digarap diharapkan sebagai daya tarik wisata. Sumur-sumur tua tersebut dapat dijadikan satu paket dengan Loco Tour Cepu yang telah menjadi ikon wisata Blora.
“Dua produk ini tentu akan menjadi fokus garapan kami kedepan karena keduanya sebagai ikon Kabupaten Blora yang memiliki keunikan dan tidak dimiliki oleh daerah lain,” ujar Drs. Kunto Aji, Kepala Dinporabudpar Blora, saat memberi sambutan pada acara penyusunan Ripparkab Blora kerja sama Dinporabudpar Kabupaten Blora bersama Pusat Studi Pariwisata UGM di Desa Wisata Tempuran, Kecamatan Blora, Selasa (23/8).
Pada penyusunan Ripparkab Blora ini, Tim Ahli Puspar UGM yang hadir antara lain Prof. Dr.-Phil. Janianton Damanik, M.Si., Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos, M.Si., dan Wijaya, S. Hut., M.Sc. Selain Kepala Dinporabudpar, hadir pula dalam acara ini Perum Perhutani, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pamali Juana, pimpinan OPD terkait, para Camat dari 16 kecamatan, Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar, tokoh budaya, dan pelaku pariwisata setempat.
Prof. Dr.-Phil. Janianton Damanik, M.Si., selaku Ketua Tim Ahli Ripparkab Pusat Studi Pariwisata UGM dalam kesempatan ini menegaskan pentingnya membangun ekonomi kreatif sebagai bagian dari produk pariwisata yang harus ditonjolkan sebagai identitas Blora. Memaparkan hasil analisis Puspar UGM, ia mengatakan sudah saatnya semua elemen masyarakat bangga dengan produk-produk lokal yang dimiliki dan konsisten menggunakan produk-produk tersebut.
“Ini saatnya mencoba dan memulai untuk mengangkat produk ekraf yang kita miliki mumpung kebijakan dari pemerintah berpihak pada sektor ini,” tandas guru besar Isipol UGM, sekaligus tenaga ahli senior di Puspar UGM.
Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos, M.Si, menjelaskan Kabupaten Blora dalam konteks regional dapat dicapai dari berbagai pintu masuk baik dari arah timur maupun dari arah barat. Artinya, ketersediaan konektivitas dan aksesibilitas termasuk kualitas jalan menjadi catatan penting untuk diperhatikan.
Menurutnya, dari analisis kajian yang dilakukan Puspar UGM mampu menangkap dan mengidentifikasi persoalan wisata di Blora salah satunya adalah menyangkut persoalan aksesibilitas, khususnya kualitas dan lebar jalan menuju objek wisata. Sementara tuntutan wisatawan saat ini mengharapkan perjalanan dapat dilakukan dalam waktu cepat untuk mencapai objek.
Selain itu, keterhubungan atau interkoneksi antar daya tarik wisata sangat diperlukan untuk mampu menghasilkan travel pattern (pola perjalanan). Adapun potensial market yang dapat ditarik bila datang ke Blora, yaitu kabupaten-kabupaten tetangga seperti Rembang, Tuban, Ngawi, Bojonegoro, Sragen, Purwodadi, dan Pati.
“Keberadaan Bandar Udara Ngloram juga menjadi kekuatan wilayah ini untuk dikunjungi wisatawan dari luar Blora sehingga dibutuhkan kepastian jadwal penerbangan secara regular,” ungkap Destha.
Peneliti Puspar UGM lainnya, Wijaya S. Hut. M.Sc., menambahkan analisis yang dilakukan terkait daya tarik wisata menunjukkan terdapat 109 objek tersebar pada 16 kecamatan. Daya tarik wisata budaya menempati urutan terbanyak, yaitu 55 spot (51%), daya tarik wisata alam 45 spot (41%), dan daya tarik wisata buatan sebanyak 9 spot (8%).
“Dari 109 daya tarik wisata terdapat 10 daya tarik wisata unggulan/prioritas, yaitu Heritage Loco Tour Cepu, Bendungan Tempuran, Gua Terawang, Puncak Serut, Migas Cepu Edupark, Sabrangan Forest Park, Desa Wisata Sambongrejo, Bukit Kunci, Bendungan Randugunting, dan Waduk Greneng,” ujar Wijaya.
Wijaya menyebut di Kabupaten Blora terdapat 39 daya tarik lainnya yang termasuk kategori menonjol dan 60 daya tarik wisata berkategori potensial. Dari analisis kewilayahan pariwisata yang dilakukan Tim Puspar UGM mengusulkan ada empat Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK).
KSPK 1 Kota Blora dan sekitarnya bertema city tour, desa wisata dan wisata kuliner denga pusat layanan di Kota Blora. KSPK 2 Kota Cepu dan sekitarnya dengan tema pengembangan wisata heritage loco tour didukung wisata sejarah dan budaya Samin dengan pusat pelayanan di Kota Cepu. KSPK 3 Randublatung dan sekitarnya bertema wisata situs/arkeologi, geologi dan wisata ekraf dengan pusat layanan di Kota Randublatung.
“Dan KSPK 4 Todanan dan sekitarnya dengan tema pengembangan wisata alam gua didukung wisata kebugaran (wellness tourism) dengan pusat layanan di Kota Ngawen,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho