Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, mengungkapkan bahwa demokrasi masih menjadi pilihan utama masyarakat dunia. Hal ini tampak dalam Democracy Perception Index di mana 84% responden global memilih demokrasi untuk negaranya.
“Demokrasi di tingkat global mengalami berbagai tantangan, namun kepercayaan masyarakat dunia masih tetap tinggi,” ungkapnya.
Hal ini ia sampaikan dalam Seminar Nasional bertajuk “Menuju Demokrasi Berkualitas: Tantangan dan Agenda Aksi” yang diselenggarakan UGM dan KAGAMA, Sabtu (27/8) di Balai Senat UGM.
Dalam seminar ini, Menlu memberikan paparan terkait perkembangan demokrasi dunia. Konsolidasi demokrasi, terangnya, bukan merupakan tugas yang mudah. Berbagai penelitian bahkan menyatakan bahwa demokrasi global mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.
Pandemi Covid-19 membawa tantangan bagi demokrasi dunia, dan menjadi salah satu penyebab kemunduran demokrasi di samping persoalan lain seperti kebebasan media, supremasi hukum, dan diskriminasi terhadap imigran.
Ia menyampaikan bagaimana pada awal masa pandemi muncul anggapan bahwa negara demokratis tidak mampu merespons pandemi secepat negara yang tidak demokratis. Meski demikian, Indonesia sebagai salah satu negara demokratis dinilai berhasil mengatasi pandemi bahkan mendapat apresiasi dari pemimpin-pemimpin dunia.
Meski masih terdapat berbagai kekurangan, menurutnya masyarakat Indonesia perlu berbangga terhadap kualitas demokrasi di Indonesia. Terlebih lagi peringkat demokrasi Indonesia mengalami kenaikan 12 peringkat dari posisi 64 ke posisi 52.
“Tidak berlebihan kalau saya menyampaikan demokrasi Indonesia tetap ada karena kita bisa menghasilkan manfaat dari demokrasi itu,” kata Menlu.
Ia menambahkan, demokrasi memang bukan tujuan akhir, melainkan sarana menuju sebuah tujuan. Nasib demokrasi bergantung pada sejauh mana demokrasi memberikan manfaat bagi masyarakat, karenanya tidak ada pilihan lain selain terus memperkuat demokrasi dan memastikan demokrasi dinikmati secara merata.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mohammad Mahfud MD, memaparkan berbagai manfaat dari proses demokratisasi, dengan membandingkan situasi sebelum dan setelah reformasi. Demokrasi menurutnya adalah pilihan yang terbaik, dan karena itu demokrasi harus terus dibangun.
“Demokrasi tidak selalu baik, tapi dia adalah yang paling baik dari pilihan lain yang ada,” terang Mahfud.
Kegiatan Seminar Nasional ini dibuka oleh Wakil Ketua Umum I PP KAGAMA, Budi Karya Sumadi. Di samping Mahfud MD selaku pembicara kunci, seminar diisi oleh paparan dari sejumlah pembicara, yaitu Retno Marsudi; Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf; Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. M. Amin Abdullah; dan Peneliti Senior CSIS Prof. Dr. J. Kristiadi pada sesi pertama.
Sedangkan narasumber pada sesi kedua adalah Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM, Ahmad Munjid, Ph.D; Dosen FEB UGM, Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D; Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Prof. Dr. Hj. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A.; dan Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sudjito, S.Sos., M.Si.
“Semoga kegiatan ini menjadi upaya bersama dalam mengembangkan demokrasi berkualitas untuk memenuhi hak martabat masyarakat,” ucap Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D.