Meraih sukses di masa muda tentunya menjadi impian banyak orang. Meski terdengar sulit, namun tidak sedikit generasi muda yang berhasil membuktikannya. Salah satunya adalah Granita Elsara yang sukses menjalankan usaha toko kelontong di usia muda. Usaha toko kelontongnya sukses meraup keuntungan hingga belasan juta setiap bulannya.
“Omset biasanya mencapai 380-an juta per bulannya,” ungkap Elsa Rabu (31/8).
Elsa merupakan alumnus Fakultas Hukum UGM. Ia baru saja diwisuda pada 25 Agustus 2022 lalu. Sejak masih menyandang status sebagai mahasiswa ia telah merintis usaha toko kelontongnya, tepatnya sejak bulan September 2017 silam. Menjalankan usaha toko kelontong berawal dari keprihatinannya akan harga-harga barang-barang yang dijual di toko-toko kelontong daerahnya yang relatif mahal karena berada di lokasi wisata yakni kawasan wisata Kaliurang, DIY.
“Saya tinggal di daerah Kaliurang Barat yang di situ barang-barang kebutuhan pokok maupun snack dijual mahal. Ya, karena selain berada di tempat wisata, lokasi yang jauh dari kota menjadikan biaya distribusinya juga mahal dan akhirnya terpikir membuat usaha toko kelontong untuk menstabilkan harga,”papar putri bungsu dari dua bersaudara pasangan Ir. Nugroho Kunwardi Antoro dan Woro Indarti ini.
Ia tak mengira usaha yang dijalankannya akan bertahan hingga saat ini. Ia mengaku awalnya hanya bermodalkan kemauan untuk memulai sebuah usaha. Kala itu ia bahkan tidak memilik modal finansial sama sekali. Untuk menjalankan usaha ia meminjam uang dari orangtuanya. Awalnya ia meminjam 32 juta untuk belanja keperluan perlengkapan toko dan produk yang akan dijual.
Elsa pun mulai membuka toko kelontong di garasi rumahnya yang berlokasi di Kaliurang Barat Rt 07 Rw 09, Hargobinangung, Pakem, Sleman. Toko itu ia namai Warung Bu Woro yang mengambil nama dari sang ibu. Minggu-minggu awal menjalankan usaha menjadi waktu yang sulit bagi Elsa. Sebab, usahanya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi.
“Di hari pertama dan kedua itu tetangga banyak yang beli sebagai bentuk dukungan, tapi setelah itu pendapatan menurun. Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omset 300-400 ribu per harinya, bingung gimana cara balikin modal ke orang tua,” jelasnya.
Namun, Elsa tak berlama-lama terpuruk dengan keadaan. Ia segera tersadar dan bangkit, memutar otak mencari solusi untuk keluar dari keterpurukannya saat itu. Lantas wanita kelahiran Sleman 27 tahun lalu ini bergerak melakukan diversifikasi barang dan menambah kuantitas barang per itemnya sehingga bisa menawarkan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen. Awalnya yang hanya menjual barang-barang kebutuhan pokok diperluas dengan produk kebutuhan tersier lainnya. Hingga akhirnya di bulan Desember 2017 saat momen liburan, kunjungan wisatawan ke kawasan Kaliurang meningkat berimbas pada penjualan tokonya yang turut melonjak tajam dan omset mengalami kenaikan.
Belajar dari pengalaman dan melihat peluang pasar yang potensial di kawasan wisata Kaliurang, Elsa berusaha melebarkan pasar. Ia pun berusaha menggandeng pelaku industri wisata di sekitar Kaliurang untuk kerja sama. Elsa mencoba memasukan proposal ke hotel, rumah makan, dan toko penjual makanan khas setempat seperti jadah tempe dan usaha tersebut mendapatkan respon positif. Akhirnya, ia pun merambah usaha dengan mensuplai kebutuhan hotel, rumah makan, dan toko di sekitar tempat wisata Kaliurang.
“Kan masukin proposal jadi harus berani nambah modal. Hutang sebelumnya belum kebayar tapi sudah minjam ortu lagi sehingga total pinjaman itu 54 juta. Selesai masa liburan itu omset naik per harinya dengan titik tertinggi 36 juta dan akhirnya Januari 2018 saya bisa melunasi semua pinjaman ke ortu,” urainya.
Persoalan baru muncul saat terjadi erupsi Merapi pada Mei 2018. Gejolak Merapi kala itu memengaruhi pasar di kawasan Kaliurang. Ia pun kembali mencari cara untuk mempertahankan usahanya dengan mencari pasar lain hingga mensuplai barang kebutuhan masyarakat ke Pasar Pakem, Sleman.
Usahanya yang kian berkembang mengharuskan Elsa merekrut karyawan untuk membantu operasional usahanya. Saat ini ia mempekerjakan 4 orang karyawan. Dari menjalankan usaha toko kelontong itu tidak hanya berhasil menstabilkan harga di pasar Kaliurang, tetapi juga berhasil mendapatkan profit yang tidak main-main. Setiap hari rata-rata ia bisa menghasilkan omset hingga Rp12-an juta. Apabila dikalkulasi ia bisa memperoleh omset tak kurang dari Rp380 juta per bulannya dengan keuntungan bersih sekitar 10-12 juta setiap bulan.
Hasil tak mengkhianati usaha. Semangat pantang menyerah dalam menjalankan usaha menghantarkan Elsa meraih kesuksesan saat ini. Meski terbilang sukses namun tak pernah terbesit dalam benaknya sekalipun ia akan sampai pada titik ini. Terlebih ia hanya belajar dari pengalaman tanpa adanya mentor maupun pendampingan dan pembinaan dari manapun. Berbekal keuletan dan kegigihan dalam menjalankan usaha Elsa mampu bertahan menjalankan usaha dari nol hingga mencapai hasil yang luar biasa.
“Kunci berbisnis itu ya harus ada keberanian untuk ambil risiko, jangan cepat menyerah saat jatuh kalau mau bertahan dan segera cari solusi,” tuturnya yang belum lama ini mendapat kucuran dana pengembangan usaha dari Kementerian Investasi sebesar Rp20 juta.
Elsa merupakan salah satu sosok generasi muda Indonesia yang memiliki kemauan kuat dalam menjalankan usaha. Setelah sukses dengan toko kelontongnya, ia mulai merambah bisnis lain. Ia bersama dengan pemuda desa Kaliurang Barat mengembangkan usaha penyediaan camping ground dan picnic area yang dinamai Nawang Jagad sejak 2021 lalu. Nawang Jagad berlokasi di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Padukuhan Kaliurang Barat dan cukup diminati wisatawan karena selain akses yang mudah juga menawarkan suasana dan alam yang masih asri serta pemandangan alam khas pegunungan.
Penulis: Ika