Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan IPTEK (PKM-PI) beranggotakan 5 mahasiswa UGM menerapkan teknologi pemagnetisasi air atau magnetized water device pada salah satu agrowisata di Kabupaten Bantul, Jogja Anggur.
Teknologi pemagnetisasi air yang telah banyak dikembangkan di berbagai negara ini dapat meningkatkan kualitas sistem irigasi di perkebunan.
“Teknologi ini banyak dikembangkan di luar negeri dan berhasil meningkatkan kualitas tanaman perkebunan, sayangnya di Indonesia sendiri masih sangat awam dalam penerapannya,” ujar Maulana Istar, Senin (5/9).
Tim PKM ini beranggotakan 4 mahasiswa Fakultas Teknik, yaitu Maulana, Aristo Bima, Petrus Kurniawan Kleden, dan Muhammad Naufal Rozaan, serta satu mahasiswa Fakultas Pertanian, Hanin Aulia Rahma. Kelompok mahasiswa yang dibimbing oleh Dr. Nur Abdillah Siddiq, S.T. ini menjadi salah satu tim PKM UGM yang menerima pendanaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Maulana menerangkan, dengan penggunaan alat ini, molekul air menjadi lebih halus dan terstruktur sehingga dapat pH tanah dan mempercepat penyerapan air oleh akar. Pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat baik dari segi batang, akar, daun, bunga, maupun buah, dan tanaman menjadi lebih resistan terhadap patogen seperti powdery mildew dan hama trips.
Ia melanjutkan, meski teknologi ini bukan hal yang baru, dalam hal ini timnya melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan mitra. Kebaruan dari pemagnetisasi air yang mereka rancang adalah integrasi dengan sistem pendingin temperatur air dan sistem elektronis sebagai sumber energi untuk pengoperasian peralatan dari panel surya.
“Alat ini sebenarnya sudah ada, kami rancang lebih lanjut untuk inovasi dengan sistem pendingin dan elektroniknya. Hal ini disesuaikan juga dengan kebutuhan mitra dari Jogja Anggur,” kata Maulana.
Pimpinan Agrowisata Jogja Anggur, Danang, mengungkapkan hama trips dan powdery mildew memang menjadi persoalan yang banyak ditemukan di kebun. Selain itu, ada beberapa kendala yang juga kerap terjadi terkait penyiraman tanaman.
“Terkadang ada pemadaman dadakan sehingga kami tidak dapat menyiram tanaman” ujar Danang pimpinan Jogja Anggur.
Penerapan teknologi pemagnetisasi air ini diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang ada di mitra. Dari hasil pemantauan sementara, penyiraman tanaman menggunakan teknologi ini berhasil mempercepat pertumbuhan tanaman dibanding penyiraman dengan air biasa. Kecepatan ini dilihat dari jumlah daun dan tinggi batang pada bibit tanaman anggur.
Dengan perbaikan kualitas tanaman, harapannya teknologi ini dapat meningkatkan profit yang didapatkan oleh mitra di waktu mendatang.
“Teknologi ini dapat meningkatkan kualitas tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya,” imbuh Petrus.