Seiring perkembangan zaman, angkutan sungai yang dahulu menjadi primadona kini mulai ditinggalkan masyarakat. Pertumbuhan jalan dan jembatan yang pesat dituding sebagai faktor penyebab berkurangnya kontribusi angkutan sungai sebagai sarana transportasi di Indonesia.
Beberapa pengamat menilai kemudahan mendapatkan kepemilikan sepeda motor juga dinilai sebagai faktor yang turut berpengaruh. Selain itu, perubahan kondisi sungai yang mengalami banyak pendangkalan dan penyempitan juga dinilai menyebabkan surutnya angkutan sungai sebagai salah satu sarana transportasi.
Meski begitu transportasi sungai masih banyak dibutuhkan oleh sebagian masyarakat di wilayah pedalaman hingga saat ini. Sungai memiliki sejarah yang panjang dalam peradaban manusia dan di Indonesia pada zaman Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya angkutan sungai berkembang dengan menjadikan sungai sebagai jalur perdagangan dan transportasi baik melalui Sungai Bengawan Solo dan Sungai Musi.
Pulau Kalimantan juga dikenal dengan memiliki banyak sungai besar yang berperan penting sebagai sumber air, perikanan dan prasarana transportasi. Sungai Mahakam misalnya dengan panjang sekitar 920 km mampu dilewati kapal-kapal kecil yang mengangkut penumpang dan barang dari kota ke pedalaman atau sebaliknya.
“Disamping dilalui kapal-kapal kecil juga dilalui kapal tongkang pengangkut batu bara,” ujar Ir. Ikaputra, M. Eng.,Ph. D, Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM, pada webinar nasional dengan topik “Revitalisasi Sungai sebagai Moda Transportasi di Indonesia”, Rabu (8/9).
Ikaputra menuturkan angkutan sungai memiliki berbagai kelebihan, seperti biaya yang relatif murah dengan kapasitas angkut yang besar. Transportasi sungai juga memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata.
“Meski begitu, angkutan sungai ini juga memiliki berbagai kelemahan diantaranya seperti ketergantungan pada kondisi fisik, terkait alur dan kedalaman, kecepatan yang relatif rendah dan kurangnya konektivitas dengan moda lain,” ucapnya.
Dalam webinar yang diselenggarakan PUSTRAL UGM, ini Dr. Adhy Kurniawan, S.T. selaku narasumber menyampaikan kejayaan Indonesia dalam bidang transportasi sungai mulai memudar seiring semakin berkembangnya moda transportasi darat, kereta api dan udara. Padahal, Indonesia menurutnya memiliki potensi untuk mengembangkan lebih maju karena sebagai negara kepulauan memiliki lebih dari 13 ribu pulau dan memiliki lebih dari 5900 Daerah Aliran Sungai (DAS).
Belum lagi ribuan kilometer panjangnya sungai. Banyak sungai besar yang berpotensi dapat dilayari, seperti di Pulau Kalimantan, Papua, Sumatera dan wilayah lainnya.
Sayangnya besarnya potensi yang dimiliki dihadapkan pada sejumlah permasalahan dalam penyelenggaraan angkutan sungai. Permasalahan tersebut diantaranya adanya kompetisi dengan moda yang lain seperti jalan yang sejajar dengan sungai, pembangunan jembatan yang tidak mempertimbangkan ruang bebas di sungai, fasilitas prasarana sandar dan tambat sungai yang masih belum memadai, dan mahalnya biaya Operasi Pemeliharaan Anjir sebagai penghubung antar sungai.
“Sebenarnya angkutan sungai memiliki berbagai kelebihan seperti biaya yang murah, kapasitas angkut besar, dan biaya kompensasi terhadap kerusakan lingkungan relatif kecil. Meski begitu terdapat berbagai kekurangan seperti lokasi, kondisi hidraulis sungai dan morfologi sungai,” terangnya.
Dalam webinar, Adhy juga menyampaikan berbagai contoh pemanfaatan sungai di luar negeri baik dari sisi ilmiah maupun benchmarking dengan kondisi yang sebenarnya. Dia menyampaikan pula bagaimana pengembangan jenis bangunan rekayasa sungai, pengembangan tanggul sungai dan juga pengembangan sungai yang sesuai dengan kondisi sungai seperti material struktur resistif dan revetment.
Di akhir paparan Adhy menandaskan bahwa angkutan sungai di Indonesia saat ini masih sangat potensial untuk bisa dikembangkan. Pengembangan dapat dilakukan secara terintegrasi dan bisa bersaing dengan moda transportasi lainnya.
“Semua dapat dilakukan dengan penataan kembali sistem sungai dan navigasi. Untuk itu diperlukan adanya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, serta masyarakat untuk bersama-sama menghidupkan kembali kejayaan angkutan sungai di masa lampau,” tandasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Wikivoyage