Mahasiswa Program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Ns. Dwi Novrianda, S.Kep., M.Kep, mengembangkan aplikasi mHealth manajemen gejala akibat kemoterapi yang diberi nama Chemo Assist for Children (CAC), bersama Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A (K), Dr. Fitri Haryanti, S.Kp., M.Kes., dan dr. Eddy Supriyadi, Ph.D., Sp.A (K) selaku dosen pembimbing.
CAC dikembangkan melalui studi kualitatif, yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian efektivitas penggunaan mHealth pada kelompok eksperimen. Aplikasi ini dibangun berdasarkan kebutuhan pengguna, dan konten aplikasi divalidasi valid oleh pakar, serta dievaluasi oleh user berdasarkan fungsionalitas dan kemudahan penggunaan.
“Intervensi manajemen gejala akibat kemoterapi dengan aplikasi mHealth CAC memiliki pengaruh yang signifikan pada rata-rata skor gejala antar ketiga perubahan waktu, subskala nyeri, khawatir, kecemasan penatalaksanaan, penampilan fisik yang dirasakan, dan skor total kualitas hidup antara pre-test dan post-test pada kelompok intervensi,” terangnya pada ujian terbuka program doktor, Kamis (8/9).
Hasil penelitian yang ia lakukan dipaparkan dalam disertasi berjudul “Pengaruh Manajemen Gejala Akibat Kemoterapi dengan Mobile Health terhadap Kualitas Hidup pada Anak Leukemia Limfoblastik Akut”.
Dwi menerangkan, pemantauan dan identifikasi segera gejala yang ditimbulkan akibat kemoterapi serta upaya manajemen gejala diperlukan untuk mempertahankan status kesehatan dan meminimalkan episode penyakit akut, mengoptimalkan perawatan klinis, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
Identifikasi gejala yang timbul pada pasien akibat kemoterapi, lanjutnya, merupakan langkah awal untuk menentukan pengelolaanya baik medis maupun tindakan keperawatannya secara tepat. Selain itu, gejala akibat kemoterapi pada setiap anak bersifat individual dan unik sehingga diperlukan pemantauan gejala berdasarkan pada yang dirasakan oleh anak dan memberikan manajemen gejala berdasarkan gejala yang dirasakan tersebut.
Saat ini, pada area pelayanan kesehatan kanker anak di beberapa negara di dunia telah mengembangkan aplikasi monitor dan manajemen gejala secara tunggal ataupun multipel baik berbasis web. Aplikasi ini memiliki potensi untuk menyediakan biaya yang rendah, akses berkualitas tinggi sepanjang waktu, informasi kesehatan berbasis bukti ilmiah dalam skala global dan menurunkan angka kunjungan ke klinik/rumah sakit.
“Responden merasakan aplikasi bermanfaat dalam pemantauan kondisi anak, mengurangi gejala, meningkatkan pengetahuan dan motivasi, serta mudah digunakan,” ucapnya terkait kesimpulan penelitian yang ia lakukan.
Adopsi teknologi mHealth CAC dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit, menurutnya, diperlukan pasien dan orang tua dalam monitor gejala akibat kemoterapi, manajemen mandiri di bawah pengawasan tenaga kesehatan profesional. Dengan demikian, perawat sebagai bagian integral provider kesehatan dapat menjadi role model yang mampu mensosialisasikan dan memotivasi secara intensif penggunaan aplikasi mHealth CAC.
“Informasi digital yang terdapat pada aplikasi mHealth CAC diharapkan dapat diintegrasikan secara mutualisme ke dalam sistem elektronik rekam medis pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaporan data pasien dan mendorong kualitas pelayanan perawatan pasien anak dengan LLA,” imbuh Dwi.