Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM memandang salah satu faktor yang menyebabkan lemahnya rasa nasionalisme dan karakter berbangsa adalah adanya pengaburan nilai-nilai Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Staf peneliti PSP UGM, Heri Santoso, menilai pengaburan tersebut dilakukan, antara lain, dengan mengubah nama mata ajar PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. “Meskipun terlihat sepele, namun ini jelas merupakan salah satu upaya pelemahan nilai-nilai Pancasila,” katanya di kampus UGM, Jumat (14/5).
Heri mengatakan hal itu menjelang penyelenggaraan Sarasehan Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa pada tanggal 19 -20 Mei 2010. Dikatakannya bahwa kurikulum PKn di tingkat SLTA saat ini yang secara khusus membahas pokok bahasan Pancasila hanya tercantum dalam subbab kecil di kelas XII. Padahal, Pancasila sesungguhnya menjadi salah satu sarana penumbuhan semangat nasionalisme dan pembangunan karakter bangsa yang efektif. “Dalam mata pelajaran PKn, pokok bahasan tentang nasionalisme hanya mendapat porsi yang kecil dalam mata pelajaran PKn tingkat SLTA, sedangkan sebagian besar pokok bahasan PKn adalah tatanegara,” ujarnya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan PSP terhadap sepuluh sekolah di wilayah Bantul dengan melibatkan 201 responden, terungkap bahwa kurikulum dan pembelajaran Pancasila bukan lagi cara yang pas untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan karakter bangsa. Bahkan, guru-guru di sekolah tersebut mengaku mengalami kesulitan karena kurikulum yang ada hanya memungkinkan pengembangan karakter berupa hapalan (kognisi) dengan mengabaikan afeksi (pertumbuhan mental). “Di sini memang terlihat ada reduksi pendidikan Pancasila, ditengarai dilakukan secara by design,” jelas Heri.
Kondisi lebih memprihatinkan terjadi ketika kurikulum PKn sebagai mata pelajaran tidak diujikan dalam Ujian Nasional (Unas). Dengan demikian, ada atau tidak adanya PKn dianggap tidak berpengaruh terhadap apapun. “Menjadikan para guru dan siswa malas terhadap mata pelajaran ini,” tambahnya.
Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan sarasehan, Kepala Pusat Studi Pancasila, Drs. Sindung Tjahyadi, M.Hum., mengatakan sejumlah tokoh telah menyatakan kesanggupan hadir, sekaligus menjadi pembicara. Mereka adalah Dr. Asvi Warman Adam, Dr. (HC) Ir. Siswono Yudhohusodo, Panglima TNI, dan beberapa tokoh media, Budiarto Shambazy serta Dr. Yudhi Latif. Selain itu, akan hadir pula tokoh-tokoh pendidik dan agamawan, yakni Prof. Muh Machsum, Prof. Dr. Mudji Sutrisno, dan Prof. Dr. Wuryadi. “Beberapa parpol juga menyatakan kesanggupannya untuk memberikan cara pandang ideologis, kebijakan, dan aksi-aksi partai politik dalam pembangunan karakter bangsa. Mereka, antara lain, DPP Partai Demokrat, Partai Golkar, PDIP, dan PAN,” jelas Sindung.
Menurut rencana, pembukaan sarasehan akan diwarnai dengan fragmen sidang PPKI oleh Teater Gamatua. Pada penyelenggaraan hari pertama, (19/5) malam hari, akan digelar pentas wayang kulit berlakon “Kumbakarna Senapati” dengan dalang Ki Seno Nugroho. (Humas UGM/ Agung)