Tim mahasiswa UGM yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiwa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) melakukan penelitian terhadap Komunitas Resan Gunungkidul. Mereka meneliti gerakan kolektif dari masyarakat Gunungkidul yang bergerak dalam bidang konservasi mata air berbasis masyarakat.
Ketua tim PKM UGM, Yoga Epri Dwi Ananta, mengatakan komunitas Resan Gunungkidul merupakan komunitas masyarakat yang bergerak melakukan revitalisasi mata air atau umbul. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh komunitas tersebut antara lain penanaman, besik (kegiatan membersihkan area umbul), dan upacara kebudayaan yang disebut dengan rasulan.
Objek dari kegiatan komunitas resan ini adalah resan itu sendiri. Resan merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pohon besar yang berfungsi menjaga mata air di wilayah Gunungkidul.
“Penelitian yang kami lakukan berfokus pada motivasi, proses terbentuk, dan sumber pengetahuan dari pemuda yang aktif dalam kegiatan Komunitas Resan Gunungkidul,”tutur Yoga, Rabu (14/9).
Kepedulian pemuda pada lingkungan dianggap sebagai sebuah anomali, terutama pada era modernisasi yang mempercepat perkembangan teknologi, termasuk penyediaan sumber mata air. Berangkat dari hal tersebut, Yoga dan tim mengusulkan penelitian dengan judul “Perilaku Pro-Lingkungan Generasi Muda Komunitas Resan dalam Upaya Konservasi dan Revitalisasi Mata Air Resan di Kabupaten Gunungkidul”. Ide tersebut mengantarkan kelompok ini lolos seleksi internal kampus dan mendapatkan pendanaan oleh Kemdikbudristek pada PKM 2022.
Penelitian dilakukan pada tanggal 3 sampai 22 Juli 2022 di beberapa wilayah Gunungkidul. Dalam rentang waktu tersebut, tim PKM-RSH di bawah bimbingan Dwiko Budi Permadi dari Fakultas Kehutanan UGM mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas tersebut sekaligus melakukan wawancara pada infroman kunci yang merupakan anggota komunitas.
Padmo, Koordinator Kelompok Resan Gunungkidul, menjelaskan bahwa komunitas Resan Gunungkidul tidak memiliki struktur organisasi seperti organisasi pada umumnya, tidak ada daftar pengurus dan nama anggota. Hanya ada grup whatsapp untuk koordinasi dan semua orang dapat bergabung.
Kelvin Putra Kahimpong (19) menuturkan alasannya bergabung dalam Komunitas Resan Gunungkidul karena tergerak untuk melakukan aksi nyata dalam upaya konservasi air di wilayah Gunungkidul. Menurutnya, kunci kelestarian lingkungan ada di tangan pemuda. Melalui langkah-langkah kecil yang dilakukan seperti melakukan penanaman, diharapkan pemuda-pemuda dapat sadar akan pentingnya perilaku menjaga lingkungan agar tetap lestari.
Komunitas yang berdiri tahun 2018 ini melakukan kegiatan dengan penanaman bibit pada umbul melalui mekanisme permintaan oleh masyarakat Gunungkidul. Apabila masyarakat ingin melakukan penanaman pada umbul kering di daerahnya, maka masyarakat diperkenankan menghubungi akun instagram @resangunungkidul dan berkoordinasi untuk kegiatan penanaman.
Sumber pendanaan dari komunitas ini adalah dana usaha mandiri. Komunitas Resan Gunungkidul memiliki usaha kreatif sablon baju yang bernama Umbul Kreatif. Sedangkan, kegiatan pembibitan pohon resan dilakukan pada lahan-lahan pembibitan yang disediakan secara sukarela oleh anggota komunitas. Jumlah rumah pembibitan milik komunitas ini yaitu sebanyak 19.
Dalam salah satu kegiatannya pada acara rasulan bulan Juli 2022 lalu juga dilakukan penanaman bibit dan pelepasan lele lokal pada umbul kering di Dusun Sumberan, Kenteng, Kecamatan Ponjong Gunungkidul. Acara ini dihadiri oleh Heri Susanto selaku Wakil Bupati Gunungkidul dan Gusti Kukuh Hestriasning dari kerabat keraton Yogyakarta.
Yoga menyebutkan bahwa gerakan kolektif dengan tujuan konservasi sumber mata air ini harus dilestarikan dengan cara menanamkan kesadaran pada pemuda karena pemuda merupakan generasi penerus. Selain itu, pemerintah selaku pembuat kebijakan harus mempertimbangkan kebijakan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Gunungkidul dalam melaksanakan fungsi pemerintahan seperti perumusan kebijakan. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat dengan dilandasi tujuan yang sama akan membuat upaya konservasi mata air semakin optimal dan kelestarian lingkungan Gunungkidul semakin terjaga.
Penulis: Ika