• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pariwisata Perdesaan Mampu Cegah Urbanisasi

Pariwisata Perdesaan Mampu Cegah Urbanisasi

  • 19 September 2022, 10:12 WIB
  • Oleh: Agung
  • 1173
Pariwisata Perdesaan Mampu Cegah Urbanisasi

Peneliti Pusat Studi Pariwisata, Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Destha Titi Raharjana., M.Si., mengatakan eksistensi desa wisata terus bergeliat seiring berbagai program pemerintah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di perdesaan. Bisnis pariwisata yang dijalankan di perdesaan dipercaya mampu menekan urbanisasi sekaligus membuka peluang kerja bagi warga desa.

“Pariwisata hadir sebagai “bonus” karena yang sejatinya dikemas dan ditawarkan bagi wisatawan atau guest adalah pengalaman unik berinteraksi dengan warga setempat sebagai host,” ujarnya, di Kampus UGM, Senin (19/9).

Menurut Destha ada sejumlah faktor yang bakal menyokong popularitas desa wisata. Pertama, perlunya pengelola wisata memastikan produk wisatanya memiliki karakter atau DNA yang kuat untuk menjadi identitas yang membedakan dengan desa lainnya. Dalam bahasa marketing, sebuah desa wisata harus mampu memiliki USP atau unique selling proposition.

“Untuk itu, pengembangan desa wisata orientasinya harus condong pada pelibatan dan penguatan interaksi wisatawan dalam kehidupan masyarakat setempat,” tuturnya.

Unique selling proposition atau USP, sebutnya, harus dikemas dalam paket wisata, bukan dalam pembelian tiket. Sederhananya, wisata di desa itu sejatinya tidak menjual tiket, namun yang ditawarkan adalah paket wisata.

“Daya tarik di desa itu adalah aktivitas, bukan semata objek wisata. Oleh sebab itu, desa wisata tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan home stay. Karenanya tantangan bagi desa-desa wisata saat ini adalah bagaimana mengemas dan menguatkan identitasnya melalui kemasan paket wisata yang berkualitas,” jelasnya.

Faktor kedua, kata Destha, berkaitan dengan ketersediaan sumber daya manusia pengelola desa wisata yang kompeten dan inovatif. Seorang local champion atau tokoh penggerak utama di desa setempat memegang peranan penting.

Kebangkitan pariwisata di desa pasca pandemi COVID-19 sangat menjanjikan dan berpotensi menjadi tulang punggung kebangkitan ekonomi desa. Untuk itu, Destha mengungkap ada empat kunci penting agar desa wisata untuk mampu bertahan dan berkelanjutan.

Pertama, memiliki konsep yang jelas tentang orientasi pengembangan wisata desa yang sesungguhnya. Kedua, memiliki supporting dari pihak internal dan eksternal dalam pengembangannya. Ketiga, pihak pengelola mampu mengelola wisata secara transparan dan inklusif.

Keempat, pengelola paham dan mampu menerapkan prinsip pembangunan wisata berkelanjutan. Meski ada juga kemungkinan risiko ketika desa berkembang tanpa konsep yang jelas sebagai dampak pengembangan wisata.

“Saya sependapat, ada risiko jika perkembangan wisata di wilayah perdesaan tidak terkendali. Ancaman alih fungsi lahan pertanian menjadi ruang yang digunakan untuk usaha wisata di pihak lain justru menjadikan ciri khas pertaniannya hilang,” kata Destha memberi contoh.

Ada juga risiko jika wisata yang dikembangkan di desa-desa tidak dibingkai dalam perencanaan atau master plan pariwisata desa. Tata ruang perdesaan yang berubah tentu akan menanggalkan karakter kedesaannya.

“Roh pedesaannya akan hilang jika banyak terjadi perubahan hanya demi tontonan wisatawan semata,” tandasnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto : Desa Bisa

Berita Terkait

  • Melenium Ketiga Peradaban Masyarakat Perkotaan Indonesia Terbentuk

    Thursday,02 September 2010 - 15:33
  • JARINGAN KERJA UNIVERSITAS DALAM PENGEMBANGAN

    Friday,29 April 2005 - 15:38
  • Curah Hujan, Iklim yang Terpengaruh Akibat Urbanisasi

    Tuesday,26 May 2015 - 15:46
  • Seminar Memperbandingkan RUU Desa dan RUU Pembangunan Perdesaan

    Tuesday,20 October 2009 - 15:05
  • Olahraga Dongkrak Industri Pariwisata

    Thursday,26 April 2018 - 11:15

Rilis Berita

  • Fenomena Perpajakan di Indonesia: Sentimen terhadap Pajak Positif tapi Kepatuhan Membayar Pajak Rendah 30 January 2023
    Mahasiswa Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Ika Rahma Susilawati, menulis disertasi berjudul &ld
    Gloria
  • 116 Tim Ikut Olimpiade Geografi Nasional di UGM 30 January 2023
    Sebanyak 116 tim dari sekolah SMP dan SMA dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti Olimpiade
    Gusti
  • UGM dan Pemprov Bengkulu Bahas Bengkulu Leadership Program 30 January 2023
    Untuk melahirkan penerus generasi muda Bengkulu yang berkualitas di masa depan, Gubernur Bengkulu
    Agung
  • Mahasiswa UGM Buat Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas 30 January 2023
    Mahasiswa UGM berhasil mengembangkan inovasi teknologi berupa aplikasi layanan ramah disabiltas y
    Ika
  • Menteri PUPR dan 45 Guru Besar Diskusi Soal Sumber Daya Air IKN 30 January 2023
    Menteri Pekerjaan Umum dan Perumaha
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual