Setelah terhenti akibat pandemi Covid-19, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan agenda rutin tahunan School of International Training (SIT). Pada periode ini SIT diikuti 11 mahasiswa Amerika Serikat yang akan belajar selama 2 minggu di Yogyakarta, 26 September – 9 Oktober 2022.
Selama dua pekan peserta SIT akan diperkenalkan dengan tema-tema tentang Pancasila, Seni, Agama dan juga Perubahan Sosial misalnya tentang kondisi sosial keberagamaan di Indonesia. Rangkaian kegiatan SIT dibuka Rektor, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K), Ph.D., di Fakultas Filsafat UGM Senin (26/9) sekaligus memberikan arahan tentang pelaksanaan kegiatan agar dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, menyatakan agenda SIT merupakan kesinambungan dari upaya memperkuat relasi dan kerja sama Fakultas Filsafat UGM di level Internasional. SIT, sebutnya, pada intinya adalah untuk memperkenalkan budaya bangsa Indonesia beserta korelasinya dengan upaya Fakultas Filsafat di dalam mengkaji dan memublikasikan khazanah Nusantara.
“Mereka ke Indonesia untuk belajar khususnya ke UGM untuk belajar tentang Pancasila. Mereka selama ini melihat Pancasila sebagai rumusan nilai-nilai yang tak lekang oleh waktu dan membuat Indonesia kuat sehingga ini menarik dari berbagai macam aspek,” katanya.
Dekan menuturkan dalam menjalankan program SIT, Fakultas Filsafat UGM bekerja sama dengan Universitas Udayana sebagai sentral penyelenggaraan SIT di Indonesia. Di UGM dan Yogyakarta para peserta dapat belajar tentang filsafat nusantara, gamelan, tari-tarian dan lain-lain.
Segala macam kegiatan dikemas dengan harapan mereka bisa merasakan sendiri bagaimana nilai-nilai Pancasila inherent (melekat) di dalam darah setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, disamping ada kelas di Filsafat UGM selama 2 minggu mereka juga diharapkan tinggal di rumah penduduk (live in) di daerah Goden Sleman selama 10 hari.
“Mereka bisa belajar bersama masyarakat, belajar di Pondok Pesantren, di Seminari dan lain-lain, yang merepresentasikan dari kehidupan yang berbeda tetapi tetap bisa melakukan hidup bahu membahu secara bersama bergotong royong,” ucap Dekan.
Pada hari pertama penyelenggaraan diisi oleh Prof. Drs. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D of Art terkait dengan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia. Dilanjutkan hari kedua, para peserta juga diperkenalkan dengan tema-tema yang berkaitan dengan sejarah Indonesia pra-modern seperti Buddhism dan Hinduism yang akan diisi oleh Dr. Bram Hasto, Rektor Sekolah Tinggi Agama Buddha dan juga Dr. Ari Hunter.
Selain itu, para peserta SIT juga diperkenalkan dengan tema-tema agama dan gender di Indonesia oleh Dr. Siti Syamsiyatun. Lebih lanjutnya tentang agama-agama di Indonesia seperti Islam, Kristen (Katolik, Protestan), Hindu, Buddha, Konghucu serta upaya masyarakat Indonesia untuk merawat kebinekaan, kerukunan serta pluralisme agama di Indonesia.
Di hari-hari berikutnya, para peserta juga diajak untuk berkegiatan di luar kampus, seperti mengenal pesantren yang berbasis dengan pendidikan agama Islam, kemudian tempat-tempat suci dalam semua agama di Indonesia, seperti Masjid, Gereja, Pura, Wihara, mengunjungi Candi Prambanan dan juga Candi Borobudur untuk belajar Hindu Buddha pada masa pra-modern.
Mengingat kota Yogyakarta yang sangat kental dengan sistem kesultanan, para peserta SIT pun diajak untuk mengenal serta mengetahui sejarah, sistem kesultanan dengan berdiskusi langsung di Keraton Yogyakarta. Tidak hanya itu, para peserta SIT juga diajak untuk mengenal beragam kesenian di Indonesia yang akan diantarkan langsung oleh Guru Besar ISI Yogyakarta, Prof. Dr. Kasidi Hadi Prayitno. Serta pada sesi terakhir akan diisi oleh Prof. Dr. Agus Wahyudi tentang Isu Sosial Politik di Indonesia.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto