Dirjen Pendidikan Nonformal, Kementerian Pendidikan Nasional, Hamid Muhammad, Ph.D., menyebutkan pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat berperan dalam upaya mempersiapkan tumbuh kembang anak secara optimal. Sebagai fondasi pendidikan, PAUD juga mampu meningkatkan partisipasi anak dalam pendidikan.
Mengingat pentingnya PAUD, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan dan strategi untuk mengembangkannya. Kebijakan dalam pengembangan PAUD diarahkan untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. “Pemerintah mengusahakan ketersediaan layanan PAUD yang bisa diakses dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga berupaya memberikan jaminan kepastian setiap anggota masyarakat dalam memperoleh layanan PAUD sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya,” terang Hamid di Fakultas Psikologi UGM, Senin (17/5).
Dalam Seminar “Early Children in Education Multiculural Perpectives: Multicultural Approach in Improving the Quality of Early Childhood Education”, Hamid mengatakan penyelenggaraan PAUD di Indonesia selain untuk mengembangkan potensi kecerdasan secara komprehensif dan kreativitas anak, juga bertujuan untuk mempersiapkan anak mengikuti pendidikan di tingkat selanjutnya. “Untuk itu, mulai tahun ini pengembangan PAUD telah ditetapkan melalui pendekatan holistik integratif. Dalam hal ini, PAUD yang dimaksud tidak hanya menekankan pada aspek pendidikan semata. Namun, juga mencakup aspek pelayanan gizi, kesehatan, pengasuhan, serta perlindungan anak,” terangnya.
Ditambahkan Hamid, karena bangsa Indonesia terdiri atas multietnik, agama, dan budaya, kebijakan dalam pengembangan PAUD menghendaki adanya internalisasi nilai-nilai kearifan budaya lokal ke dalam proses layanan pengasuhan dan perlindungan anak. “Mempersiapkan anak yang berwawasan multikultural sedini mungkin menjadi sangat penting untuk menjamin pembentukan karakter anak yang toleran dan memiliki kepercayaan diri sebagai bangsa yang unggul dan bermartabat,” jelasnya.
Sementara itu, Supra Wimbarti, M.Sc., Ph.D., staf pengajar Fakultas Psikologi UGM, mengatakan pengembangan pendidikan budaya majemuk di tataran PAUD merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk segera dilakukan. Pasalnya, kesadaran akan eksistensi diri telah dimulai saat anak berusia cukup muda. Seiring dengan pertambahan usia, anak akan mempunyai lingkaran sosial yang semakin besar. “Jadi, sangat tepat jika pendidikan budaya majemuk dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini karena pada masa inilah nilai-nilai dasar kemanusiaan diletakkan,” urainya.
Menurutnya, pendidikan budaya majemuk dapat diberikan kepada anak dengan berbagai cara, salah satunya melalui kesenian. Bercerita adalah salah satu wahana yang cukup ampuh untuk memasukkan nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat. (Humas UGM/Ika)