Sebagai kota wisata dengan obyek wisata yang cukup beragam, Yogyakarta sangat menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya wisatawan nusantara, namun juga wisatawan mancanegara (wisman).
Sayang, kegembiraan dan keceriaan mereka yang berwisata terkadang ternodai dengan adanya kecelakaan yang memakan korban. Beberapa waktu lalu kecelakaan bus di Mangunan karena rem blong yang mengakibatkan tewasnya beberapa orang.
Kecelakaan pun pada kenyataannya tidak hanya terjadi di jalan raya, namun juga di lokasi objek wisata. Masih segar dalam ingatan belum lama terjadi Guru Besar FKKMK UGM, Prof. Samekto Wibowo meninggal akibat terseret ombak di pantai Gunung Kidul.
“Kecelakaan-kecelakaan tersebut tentu saja menyebabkan kegembiraan menjadi duka yang sangat mendalam. Penyebab kecelakaan memang dapat bermacam-macam. Meski begitu, sesungguhnya ada upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk ikut mencegah terjadinya kecelakaan dengan Audit Keselamatan,” ungkap Prof. Dr.-Ing. Ahmad Munawar, Guru Besar Transportasi Fakultas Teknik UGM, di Kampus UGM, Jumat (30/9).
Menurut anggota Dewan Penasihat Forum Studi Transportasi antar perguruan tinggi ini, audit keselamatan jalan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan (black spot). Selain itu, dapat pula dengan melakukan analisis dan usaha-usaha untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi.
Melakukan perubahan geometri jalan adalah cara yang terbaik, tetapi memang hal tersebut sulit untuk dilakukan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memasang rambu-rambu peringatan dan penempatan pos-pos polisi di daerah rawan kecelakaan.
“Pemasangan rambu-rambu peringatan tersebut misalnya pada turunan yang tajam dengan memberikan tulisan Turunan Tajam, Kurangi Kecepatan, Kecepatan Maksimum 30 km/ jam dan Gunakan persneling rendah,” terangnya.
Ahmad Munawar menandaskan penggunaan presneling rendah juga merupakan usaha untuk mengurangi kecepatan. Terlebih di saat saat rem kurang berfungsi.
“Perlu juga penempatan Pos Polisi agar kendaraan lebih berhati-hati pada saat melewati ruas jalan tersebut,” ucapnya.
Peringatan perlu kiranya juga diberlakukan di obyek-obyek wisata rawan kecelakaan seperti di pantai. Perlu untuk dipasang rambu-rambu di daerah berbahaya dengan papan tulisan berbunyi Daerah Berbahaya atau tulisan Awas Terseret Ombak.
Menurut Ahmad Munawar bisa juga dengan menempatkan petugas yang selalu memberi peringatan pada wisatawan yang berada di tempat tersebut. Dari informasi yang terkumpul pada saat almarhum Prof. Samekto terseret ombak maka tidak didapati rambu-rambu peringatan tersebut.
“Petugas juga tidak ada pada saat itu sehingga tidak ada teguran dari pengelola wisata. Dengan mengingatkan kembali soal audit keselamatan ini diharapkan dapat mengurangi kecelakaan-kecelakaan yang mungkin terjadi sehingga Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata tidak hanya menarik untuk dikunjungi, namun juga menjamin keselamatan untuk para wisatawannya,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Wisatabagus.com