Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 pada 5 Oktober 2022 ini. Pada perayaan kali ini dilakukan di halaman Istana Merdeka Jakarta dimana sejumlah alat tempur dan kendaraan tempur dipamerkan di depan Presiden dan Wakil Presiden. Perjalanan 77 tahun TNI dalam menjalankan tugasnya mempertahankan kemerdekaan, menegakkan kedaulatan negara serta mempertahankan keutuhan wilayah NKRI patut diapresiasi. Namun begitu, prajurit TNI tidak melupakan pada tugas dan jati dirinya sebagai tentara rakyat dan tentara pejuang. “Saya kira TNI ke depan harus kembali ke jati dirinya sebagai tentara rakyat dan tentara pejuang. Sumpah prajurit dan Sapta Marga harus diteguhkan kembali, sebab tantangan kita kedepan bukan lagi ancaman fisik melainkan non fisik,” kata pengamat militer UGM sekaligus Ketua Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si, Rabu (5/10).
Menurut Armaidy, TNI lahir dari rakyat melalui pergulatan panjang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Lalu, TNI tumbuh dan besar bersama rakyat sehingga saat ini tetap berjuang untuk rakyat. Meski tugas utama TNI sebagai komponen penjaga kedaulatan negara, namun kontribusi TNI untuk ikut mendukung pembangunan kesejahteraan rakyat harus didorong. Tugas TNI tidak lagi semata-mata untuk menjaga keamanan dan kedaulatan semata, namun juga ikut meningkatkan taraf kehidupan masyarakat melalui pendekatan kesejahteraan. “Penjaga konstitusi dan penjaga ideologi negara itu adalah TNI. Karena TNI lahir dari rakyat, ia kembali pada rakyat, manunggal antara TNI dan rakyat harus didukung dari sisi kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat,” ujarnya.
Menurut Armaidy, salah satu ancaman bagi bangsa Indonesia kedepan justru pada persoalan rasa keadilan sosial sehingga manfaat pembangunan harus betul-betul dirasakan oleh seluruh anak bangsa. “Jika masyarakat sejahtera, berkeadilan dan nyaman, pasti tentara kerja juga nyaman,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Liputan6