Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si. memaparkan pentingnya perspektif serta semangat nasionalisme dalam upaya pemulihan desa, pada diskusi yang digelar di Taman Baca Ubud, Bali, Sabtu (8/10).
Diskusi bertajuk ‘Bangkit dan Pulih dari Desa” ini menjadi salah satu rangkaian acara Sayan Rumaket, ajang pameran dan pertunjukan yang digagas Desa Sayan Bali untuk memperkenalkan produk serta keunggulan desa kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Pulihkan desa dengan nasionalisme, berpikir bukan hanya desanya sendiri. Kalau ini bisa dikelola dengan baik, saya optimis desa bisa bangkit dan bahkan menggerakkan ekonomi lainnya,” ucap Ari.
Diskusi ini diikuti oleh Rektor UGM, Ketua KAGAMA, dan penggiat pariwisata Bali. Pada kesempatan ini, ia berbicara mengenai pengalaman Yogyakarta sebagai sesama daerah pariwisata dalam membangkitkan kembali perekonomian pasca pandemi Covid-19.
Desa menurutnya merupakan sumber kebangkitan ekonomi, dan Bali menjadi contoh bagaimana unsur kebudayaan serta kapasitas sumber daya manusia berpadu dengan baik menjadi kekuatan bagi kemajuan desa.
Penghargaan terhadap budaya sendiri adalah hal yang penting, namun harus tetap diimbangi dengan keterbukaan terhadap keragaman. Masyarakat Indonesia menurutnya perlu melihat praktik baik dari kehidupan bermasyarakat di Bali, dan sebaliknya warga Bali pun perlu melihat keluar untuk memahami konteks ke-Indonesia-an.
“Bali harus bisa membaca Indonesia, dan Indonesia membaca Bali. Jogja kalau mau bangkit tidak bisa dengan mempertebal ke-Jogja-annya dan melupakan misi ke-Indonesia-an, begitu halnya dengan Bali,” paparnya.
Pada kesempatan ini, ia menyampaikan apresiasi kepada para pemuda di Desa Sayan yang terlibat aktif dalam menggerakkan potensi pariwisata, termasuk dalam penyelenggaraan kegiatan seperti Sayan Rumaket.
Untuk mengembangkan desa, menurutnya harus ada regenerasi anak-anak muda dengan berbagai ide serta kemampuan yang dimiliki untuk membaca Bali di masa depan. Ia pun menyatakan komitmen UGM dalam mendukung pembangunan desa, melalui berbagai kolaborasi yang dapat dilakukan di waktu mendatang.
“Ke depan kita akan buat kolaborasi. Semoga Bali tetap kokoh mengabarkan keberagaman dan optimisme,” ucapnya.
Kadek Gunarta, penggiat pariwisata Bali yang juga merupakan penggagas Bali Spirit Festival, mengungkapkan bahwa Bali sebenarnya telah mengalami beberapa kali keterpurukan, misalnya usai peristiwa Bom Bali serta gempa bumi. Namun, pandemi kali ini memberikan pukulan yang luar biasa melebihi peristiwa-peristiwa sebelumnya, sehingga Bali benar-benar kelimpungan.
Meski demikian, menurutnya pandemi juga menjadi ujian alami yang pada akhirnya memunculkan inovasi-inovasi baru. Karena itu, masyarakat perlu diberi ruang untuk menjadi bagian dari perubahan melalui hal-hal positif yang bisa dilakukan. Masyarakat desalah, menurutnya, yang menjadi kunci dari kebangkitan Bali.
“Kreativitas masyarakat tumbuh di pedesaan. Ketika ingin membangun Bali kembali, yang dibangun bukan pariwisatanya, tetapi masyarakatnya. Kita bangun desanya, pariwisata menjadi bonus dari apa yang kita kerjakan,” kata Gunarta.