Universitas Gadjah Mada merancang program pengelolaan sampah yang akan diterapkan di masyarakat melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) mulai tahun ini.
Pada tahap awal, program ini akan menyasar desa-desa di sekitar kampus UGM seperti Desa Sinduadi dan Caturtunggal di Kabupaten Sleman, serta Baciro di wilayah Kota Yogyakarta.
“Ada dua pendekatan, pertama di hulu bagaimana mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA, dan kedua pengolahannya. Nanti mahasiswa yang akan bergerak dan pelatihannya ada di Pusat Inovasi Agroteknologi,” terang Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Dr. dr. Rustamaji, M.Kes., Minggu (9/10).
Menurut Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., program ini penting sebagai salah satu langkah untuk memajukan desa. Sampah yang tidak dikelola dengan baik mulai dari hulu nantinya akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan warga desa itu sendiri.
“Harapannya tentu menjadikan desa lebih bersih. Jika sampah bisa diolah dengan baik dengan berbagai cara, itu juga bisa menjadi sumber penghasilan bagi desa,” ucapnya.
Setelah diterapkan di desa-desa sekitar kampus, program ini nantinya akan diperluas di berbagai daerah oleh mahasiswa KKN-PPM yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Pengelolaan sampah akan diterapkan dengan memperhatikan karakteristik dan keunikan masyarakat di pedesaan, dan akan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat di tingkat keluarga.
Berkaitan dengan rencana penerapan program ini, Rektor UGM bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, serta Direktur Pengabdian kepada Masyarakat mengunjungi salah satu desa di Kabupaten Gianyar, Bali, yang dianggap cukup sukses menggerakkan masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan sampah, yaitu Desa Sayan.
Sebanyak 230 kepala keluarga di desa ini telah menerapkan pemilahan sampah secara mandiri sebelum dikirimkan ke tempat pembuangan sampah. Sampah rumah tangga dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah residu, masing-masing dikumpulkan ke TPS sesuai jadwal yang telah ditentukan.
“Sangat menarik bahwa masyarakat mau memilah sendiri sampah-sampah mereka. Ini sebuah praktik yang sangat baik dalam konteks pengelolaan sampah di tingkat desa,” kata Rektor.
Dari diskusi yang dilakukan dengan pengelola TPS, salah satu kekuatan dari konsep pengelolaan sampah di desa tersebut terletak pada peraturan desa yang dibuat secara khusus serta penerapan sanksi adat bagi masyarakat yang melanggar ketentuan. Selain itu, sejak awal warga telah diberi pengertian bahwa tindakan kecil mereka dalam mengelola sampah akan berdampak baik bagi kegiatan ekonomi di desa.
UGM sendiri saat ini telah memiliki fasilitas pengolahan sampah, yaitu Rumah Inovasi Daur Ulang yang terletak di area Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) Berbah, Sleman. Selama ini PIAT juga telah memfasilitasi pelatihan atau menyediakan narasumber untuk pelaksanaan program sosialisasi di lokasi KKN, serta memberikan dukungan alat dan bahan pelaksanaan program KKN seperti starter pengomposan, komposter, kompos, pupuk cair, dan lainnya.
Melalui program yang tengah dirancang, harapannya pengelolaan sampah yang dikembangkan melalui program KKN-PPM akan lebih terstruktur dan berkelanjutan, tidak sebatas pada sosialisasi tetapi juga membangun sistem pengelolaan sampah yang baik di tingkat desa.