Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kabupaten Bantul menjalin kerja sama dalam bidang peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia Kabupaten Bantul dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kesepakatan kerja sama tersebut tertuang dalam penandatanganan nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dan Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, di Laguna View Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta, Kamis (27/10).
Rektor UGM mengatakan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama ini makin memperkuat kolaborasi UGM dengan kabupaten/kota yang ada di wilayah DIY. Rektor mengharapkan keberadaan UGM bisa memberikan sumbangsih bagi percepatan pembangunan di DIY terutama dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, riset dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. “Kerja sama ini memiliki peran yang sangat penting. Kita ingin keberadan universitas Gadjah Mada bisa dirasakan manfaatnya di wilayah dimana UGM itu berdiri. Kami menyadari sebuah institusi tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada kerja sama dengan mitra sehingga kerja sama dengan pemda, NGO dan industri sangat kita galakkan,” kata Rektor.
Melalui berbagai ruang lingkup bidang kerja sama yang dilakukan menurut Rektor nantinya akan muncul ide inovasi dan inspirasi baru dalam memajukan masyarakat Bantul. “Kita ingin menyelesaikan masalah bangsa secara bersama sehingga ada ide yang muncul dan menjadi inspirasi serta memberikan manfaat lebih baik lagi,” ujarnya.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada segenap civitas akademika UGM yang selama ini sudah memberikan perhatian pada pembangunan Kabupaten Bantul melalui berbagai macam kegiatan dari hasil kerja sama yang sudah dilakukan. “Saya harapkan kerja sama ini terus berlanjut untuk mencapai prestasi yang dibanggakan dan mensejahterakan warga Bantul,” jelasnya.
Bupati menuturkan bahwa Kabupaten Bantul memiliki penduduk kurang lebih sebanyak 1 juta jiwa yang tersebar di 17 kapanewon, 75 kelurahan, dan 5.800 Rukun Tetangga. Berdasarkan hasil Produk Domestik Bruto Regional, Kabupaten Bantul mengalami peningkatan yang ditopang dari kontribusi ekonomi di bidang usaha industri kreatif, pertanian dan pariwisata. “Kita memiliki sentra industri kreatif berbasis komunitas atau rakyat seperti kerajinan anyaman bambu di Muntuk, kerajinan kulit di Manding, gerabah Kasongan dan industri kreatif perak di Singosaren dan kita punya industri berbahan baku sampah dengan sentuhan tangan kreatif, barang itu bisa disulap bernilai tinggi bahkan berorientasi ekspor,” paparnya.
Namun demikian, imbuhnya, sebagian besar bahan baku industri kreatif yang ada di Bantul berada dari luar DIY. “Kita bangga warga bantul bisa hidup dengan kreatifitas di sektor industri dan 70 persen ekspor DIY berasal dari Bantul,” ujarnya.
Di bidang pertanian, kata Bupati, komoditas bawang merah dari Bantul mampu menyuplai 60 persen kebutuhan bawang merah DIY. Sementara di bidang pariwisata, saat ini di Bantul lebih banyak dikembangakan pariwisata berbasis komunitas. “Pariwisata diinisiasi oleh rakyat dan dimodali rakyat. Ada 47 objek wisata yang diinisiasi pemuda Bantul. Akan tetapi wisata Pantai Parangtritis masih menjadi ikon wisata Bantul karena setiap tahunnya menyumbang PAD Rp33 miliar. Kita ingin kawasan pantai selatan nantinya ditata sedemikian rupa untuk menjadi teras depan DIY,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson