Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan dan Kewirausahaan, Billy Mambrasar, memberikan motivasi kepada mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan anak muda yang menjadi peserta dalam talkshow panggung pemuda yang bertajuk Refleksi Kebangsaan: Dari Pemuda untuk Indonesia yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) di Grha Sabha Pramana UGM, Jumat (28/10). Selain Billy, ada staf Khusus Menteri Sekretaris Negara, Faldo Maldini, dan Chief Creative Officer (CCO) Narasi, Jovial Da Lopez.
Billy mengatakan anak muda Indonesia saat ini jumlahnya mencapai hampir 187 juta jiwa, namun dari jumlah tersebut hanya 11 persen anak muda yang bisa mengakses bangku perguruan tinggi. Menurutnya, sebagian besar anak muda kita hanya lulusan SMP dan sebagian kecil SMA. Hanya sedikit yang sampai S1. “Ada pekerjaan rumah besar kita untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju. Jika tidak diselesaikan maka program Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai,” kata Billy.
Sebagai staf khusus, kata Billy, ia memiliki program untuk mewujudkan Indonesia emas 2045 dengan membangun pusat belajar non formal di daerah titik terluar dan daerah rawan konflik. Serta membangun program inovasi dan kewirausahaan di berbagai daerah agar banyak anak muda memiliki kemampuan wirausaha dan UMKM. “Kami namai tim kami Baper atau Bawa Perubahan, mendorong beberapa program. Target kami jadikan 2 juta petani milenial,” kata pria lulusan master dari Universitas Harvard ini.
Dalam kesempatan itu, Billy bercerita bahwa ia tidak menyangka menjadi staf khusus Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, Billy mengatakan banyak bergelut dalam dunia pendidikan dengan mendirikan yayasan anak Kitong Bisa yang bergerak untuk meningkatkan akses pendidikan anak Papua ke jenjang perguruan tinggi. “Kita memberikan beasiswa kepada anak muda yang berbakat,” kata Billy yang mengaku pernah berjualan kue dan ikut ngamen saat kuliah S1 di ITB.
Sementara Faldo Maldini menyampaikan kepada mahasiswa untuk menekuni minat dan bakat yang disukainya. Sebab, menurutnya bisa jadi apa yang suka dan ditekuni saat ini menjadi pekerjaan yang bisa kita tekuni di masa mendatang. “Dunia hari ini membutuhkan passion yang kita suka,” katanya.
Menurut Faldo, dunia di masa depan penuh dengan ketidakpastian soal profesi sebuah pekerjaan di tengah perkembangan disrupsi teknologi. Menurutnya, kesukaan yang kita lakukan saat ini membawa kita menuju masa depan yang lebih baik. “Ketidakpastian di masa depan makin memperkuat apa yang kita sukai hari ini,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson