Empat Perguruan Tinggi di Indonesia saat ini telah mendapatkan akreditasi dari lembaga akreditasi internasional khusus sekolah bisnis, The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) dari Amerika Serikat. Keempat perguruan tinggi tersebut adalah Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada, Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung, Sekolah Bisnis BINUS, dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia.
Dengan demikian, keempat kampus ini sudah menjadi bagian dari 862 sekolah bisnis di dunia yang sudah terakreditasi AACSB International yang tersebar di 56 negara. Lembaga AACSB sendiri memiliki 1.774 member sekolah bisnis yang belum kesemuanya memperoleh akreditasi. “Jaringan anggota AACSB ada 1.774. Di Indonesia UGM sebagai member pertama. Setelahnya ada ITB dan Binus. UI baru mendapatkan akreditasi seminggu yang lalu,” kata Executive Vice President The AACSB International, Geoff Perry, kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam Information Session yang bertajuk Establishing Continuous Improvement Strategies for Business Schools in Indonesia di ruang Auditorium Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM, Rabu (9/11).
Geoff Perry mengatakan tidak mudah untuk mendapatkan akreditasi dari lembaga AACSB. Ia menyebutkan bahwa UGM memerlukan waktu tujuh tahun untuk mendapatkan akreditasi pada 2014 lalu. Menurutnya, waktu pendaftaran hingga proses untuk mendapatkan akreditasi selama 5 hingga 7 tahun menjadi sesuatu hal yang wajar. “Rata-rata sekolah bisnis dimanapun memerlukan waktu yang sama untuk mendapatkan akreditasi AACSB. Sekolah bisnis di Amerika, Eropa dan Asia Pasifik, mereka memerlukan proses perbaikan selama lima tahun terlebih dahulu dan dua tahun kemudian proses mendapatkan akreditasi,” paparnya.
Lamanya proses penilaian untuk mendapatkan akreditasi, kata Geoff, dikarenakan lembaga AACSB sangat menekankan pada upaya perbaikan berkelanjutan yang dilakukan setiap sekolah bisnis dalam aspek pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat.
Namun begitu, riset yang dihasilkan oleh setiap sekolah bisnis diharuskan bisa memberi dampak yang lebih luas bagi masyarakat serta profil para pengajarnya yang mayoritas minimal sudah berpendidikan doktor. “Riset bukan semata hanya keperluan riset tapi yang berdampak pada masyarakat, pemerintah dan dunia bisnis. Lalu, staf pengajar ahli yang sudah bergelar doktor merupakan hal yang lumrah dari setiap sekolah bisnis di dunia,” katanya.
Geoff menuturkan lembaga AACSB tidak pernah mengintervensi misi dari setiap sekolah bisnis yang ingin mendaftar untuk mendapatkan akreditasi. Sebab, misi dari masing sekolah bisnis berbeda satu sama lain di setiap negara yang menyesuaikan dengan kondisi dari tujuan pendirian sekolah bisnis itu sendiri. “Setiap sekolah bisnis menentukan misi mereka masing-masing,” katanya.
Dekan FEB UGM, Prof. Dr. Didi Achjari, M.Com., mengatakan FEB UGM dan Lembaga AACSB menyelenggarakan forum information session dengan mengundang 34 pengelola sekolah bisnis di Indonesia. Dari Forum tersebut menurut Didi Achjari satu sama lain bisa berdiskusi dan bertukar pengalaman dalam usaha mendapatkan akreditasi. Menurutnya, dengan adanya jejaring sekolah bisnis ini akan banyak sekolah bisnis di tanah air mendapatkan pengakuan akreditasi internasional. Sebab, sekolah bisnis berkontribusi dalam pengembangan kualitas pendidikan dan pengajaran serta meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mahasiswa. “Proses akreditasi tidak hanya sebatas pemberian sertifikat, namun ada peningkatan mutu dari berbagai bidang. Bayangkan, kami butuh tujuh tahun untuk mendapatkan yang pertama di Indonesia, mulai dari mendaftar, lalu jadi anggota, selanjutnya dinyatakan berhak mendapatkan akreditasi dan diakreditasi,” jelasnya.
Sejak mendapatkan akreditasi pada tahun 2014 lalu, kata Dekan, pihaknya sudah melakukan reakreditasi pada tahun 2019 lalu untuk perpanjangan akreditasi. Selanjutnya pada tahun 2024, untuk kedua kalinya nantinya FEB UGM akan melakukan akreditasi ulang dari lembaga AACSB. “Artinya akan melakukan dua kali perpanjangan sebagai proses yang akan terus dinilai guna untuk melakukan perbaikan berkelanjutan,” katanya.
Dalam kesempatan itu Didi Achjari menegaskan, salah satu kriteria penilaian dari The AACSB untuk mendapatkan akreditasi adalah bahwa kegiatan tridarma perguruan tinggi dari setiap sekolah bisnis harus memberikan dampak yang luas bagi masyarakat dan dunia bisnis. Menurutnya, kriteria tersebut selaras dengan jargon UGM sebagai kampus yang mengakar kuat dan menjulang tinggi. “Hasil dari kegiatan tridarma perguruan tinggi UGM memang selalu diarahkan bisa berdampak ke masyarakat luas,” pungkanya.
Penulis: Gusti Grehenson