Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Dr. Pramaditya Wicaksono, menghadiri pertemuan Ocean 20 di Bali pada 13-15 November sebagai bagian dari rangkaian pertemuan G20. Dalam kesempatan ini, Fakultas Geografi UGM yang dipercaya sebagai koordinator dalam project Indonesia Seagrass Map dalam hal pemetaan keragaman hayati dan sumber daya alam pesisir untuk menyemarakkan kegiatan KTT G20. “Saya bersama tim memperoleh kesempatan untuk tampil pada Ocean 20 setelah mendapatkan tawaran dari Kemenkomarves selaku penyelenggara utama event G20 Presidency Summit,” kata Pramaditya saat dihubungi via telepon, Rabu (16/11).
Pram, demikian ia akrab disapa, mengatakan event Ocean 20 bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan dan strategi kerja sama agar dapat ditindaklanjuti berdasarkan prioritas yang ditetapkan oleh masing-masing kepresidenan bergilir.
Tampil sebagai narasumber dalam forum dialog yang bertajuk “The Indonesian Seagrass Mapping Initiative: Current Effort, Opportunities, and Challenges in Seagrass Mapping in Indonesia”, ia menyosialisasikan kegiatan riset pemetaan padang lamun, menjaring masukan dari pemangku kepentingan yang lebih luas baik nasional dan internasional, sekaligus menekankan bahwa inisiasi akselerasi ketersediaan peta lamun nasional yang sangat membutuhkan peran dan dukungan banyak pihak.
Selain itu, kata Pram, Fakultas Geografi UGM juga ikut membuka booth pameran untuk mempromosikan project “Indonesia Seagrass Mapping Project”. Adanya booth pameran ini, ujarnya, diharapkan bisa meningkatkan kesadaran para pemangku kebijakan dan stakeholders terkait pentingnya ekosistem padang lamun pada level nasional maupun internasional. “Kita ingin juga meningkatkan peluang untuk mempercepat terbentuknya peta lamun nasional yang saat ini belum ada,” paparnya.
Tim riset pemetaan padang lamun yang diprakarsai oleh Fakultas Geografi ini bekerja sama dengan Pusat Riset Oseanografi BRIN, KKP, BIG, dan Universitas Hasanuddin ini, kata Pram, berharap pemerintah Indonesia nantinya lebih memperhatikan ekosistem padang lamun sebagai salah satu ekosistem blue carbon penting di Indonesia, dimana ekosistem pesisir yang selalu mendapatkan perhatian selama ini hanyalah mangrove dan terumbu karang. “Keberadaan peta lamun nasional nantinya akan sangat bermanfaat untuk dapat digunakan dalam mengoptimalkan peran dan pengelolaan ekosistem padang lamun sebagai salah satu nature-based solutions dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Termasuk di dalamnya adalah mengoptimalkan peran ekosistem padang lamun sebagai blue carbon sink dalam mengurangi emisi gas rumah kaca,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson