Tim Ekspedisi Paralayang Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) berhasil mencatatkan sejarah di Pulau Banda Naira, Maluku Utara. Bersama Pusat Pembinaan Potensi Kedirgantaraan (Puspotdirga) TNI-AU berhasil melakukan penerbangan paralayang pertama dari atas Puncak Gunung Api Banda.
“Kamis, 3 November 2022 menjadi capaian bersejarah bagi Mapagama. Cukup membanggakan tim Mapagama bisa terbang dengan paralayang pertama dari atas Puncak Gunung Api Banda,” ujar Bayu Nurrohman, di Kampus UGM, Kamis (17/11).
Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada melakukan ekspedisi selama 18 hari, 25 Oktober – 11 November 2022. Bayu menyebut ekspedisi bukan semata-mata keinginan untuk menorehkan sejarah, tetapi sebagai wujud pengabdian tim Mapagama membantu menggerakkan pariwisata minat khusus di Banda Naira.
“Dalam ekspedisi ini kami memang secara khusus mengangkat penelitian potensi pariwisata paralayang di Gunung Api Banda,” ucapnya.
Untuk ekspedisi kali ini tim Mapagama juga menggandeng Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) untuk bersama melakukan kerja sama dan pengabdian. Tim secara bersama melakukan identifikasi burung endemik di sekitar Gunung Api Banda.
“Kita data dan kita melihat signifikansi dampaknya kepada spesies burung disana, apabila ke depan sering ada aktivitas paralayang di sana,” jelas Bayu, Ketua Umum Mapagama.
Pada ekspedisi ini, Mapagama memberangkatkan empat orang mahasiswa. Mereka adalah dua orang pilot (penerbang) Hanggara Tala Surya Sasmita (Fakultas Filsafat) dan Joanna Christie Tan (Fakultas Hukum). Kemudian dua peneliti dan support teknis, Yusril Izha Mahendra (Fakultas Ekonomi) dan Azarya Puruhita (Fakultas Kehutanan). Sedangkan Pustpotdirga TNI-AU memberangkatkan satu pilot, yaitu Serda Rajuu Andika.
Terkait paralayang, Hanggara Tala selaku koordinator Tim Ekspedisi dan Penelitian menerangkan Tim Mapagama kali ini mengusung tipe ekspedisi ‘hike & fly’. Percobaan terbang oleh tim hanya bisa dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pendakian ke puncak gunung.
“Inilah yang menjadi tantangan terbesar yang dihadapi tim. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan, aspek teknis penerbangan, penelitian, dan pendakian agar dapat dijalankan secara bersamaan,” ungkap Hanggara.
Penulis : Agung Nugroho