Universitas Gadjah Mada mempertimbangkan mengirim mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak hanya ke berbagai daerah di seluruh Indonesia saja, namun dimungkinkan untuk dikirim mengabdi ke pelosok negara lain seperti di Namibia. Sebab, beberapa peneliti UGM sebelumnya telah melakukan kegiatan pengabdian di negara tersebut dalam bidang pengembangan pertanian dan perikanan sejak 2008 lalu. Hal itu mengemuka dalam Diskusi Kerja yang diselenggarakan oleh Komisi II Senat Akademik (SA) UGM yang bertajuk Kebijakan Flagship Pengabdian Kepada Masyarakat, di ruang Multimedia, gedung Pusat UGM, Jumat (18/11). Dalam diskusi kali ini, menghadirkan Dubes RI untuk Namibia, Wisnu Edi Pratignyo, dan Peneliti Pertanian UGM, Dr. Taryono.
Ketua komisi II SA UGM, Prof Suratman, mengatakan pengalaman panjang UGM dalam melakukan kegiatan pengabdian lewat pengiriman tenaga ahli pertanian ke Namibia. Apalagi UGM memiliki perjanjian kerja sama dengan Universitas Namibia (UNAM) dalam bidang pengembangan varietas padi di sana. “Saya kira perlu ditindaklanjuti dengan adanya kegiatan KKN di Namibia dengan pengiriman mahasiswa dan DPL di salah satu desa di Namibia. Bekerja sama dengan universitas Namibia,” kata Suratman.
Tidak hanya lewat kegiatan pengabdian, kata Suratman, ia juga berharap nantinya terbentuk konsorsium dengan beberapa universitas di Namibia dan Afrika dalam bidang peningkatan ketahanan pangan. “Semangat kita menyelamatkan generasi planet. Siapa lagi kalau bukan dari kalangan perguruan tinggi,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Dewan Guru Besar (DGB), Prof Moch Maksum, yang hadir dalam diskusi tersebut menyampaikan bahwa dirinya sepakat jika KKN PPM UGM sudah saatnya diangkat ke tingkat global. “Selama ini KKN diidentikkan pada kegiatan pengabdian tingkat domestik jika bisa kita berkontribusi pada dunia global,” katanya.
Selain bisa berkontribusi pada persoalan global, kegiatan pengabdian ini menurutnya bisa menjadi nilai tambah bagi UGM dalam penilaian pemeringkatan universitas tingkat dunia. Di bidang pertanian menurutnya UGM memiliki ahli yang memiliki pengalaman dalam studi lahan kering maupun di lahan gambut yang nantinya bisa digunakan untuk praktek di negara lain seperti Namibia.
Dubes RI untuk Namibia, Wisnu Edi Pratignyo, mengatakan diperlukan peningkatan capacity building untuk SDM masyarakat Namibia terutama dalam pelatihan pendidikan vokasi di segala bidang. Selain itu, ia juga mengharapkan diperlukan kerja sama dengan membuka akses pendidikan anak muda Namibia untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi di Indonesia seperti di UGM. “Selain peningkatan capacity building, kita juga perlu membuka akses pendidikan bagi anak muda Namibia bisa mengenyam pendidikan di sini,”ujaranya.
Peneliti UGM sekaligus Kepala Pusat inovasi Agroteknologi (PIAT), Dr. Taryono, mengatakan sekitar 80 persen kebutuhan pangan Namibia tergantung dari impor pangan yang berasal dari Afrika Selatan. Kunjungan timh UGM sejak 2008 waktu itu diminta untuk meningkatkan program ketahanan pangan Namibia. “Mereka meminta kita untuk membantu mengurangi ketergantungan pangan dengan Afrika Selatan. Ketergantungan sangat besar. Sebab, tanah Namibia bagian selatan itu padang pasir, di tengah savana hanya bagian utara saja yang hijau,” katanya.
Salah satu yang berhasil dilakukan dengan bekerja sama dengan Universitas Namibia, kata Taryono, adalah pengembangan Project padi Kalimbeza. Diceritakan Taryono, UGM saat itu diminta membantu universitas Namibia mendukung keberhasilan proyek padi di lahan daerah rawa zambezi sebagai lokasi tempat kubangan para gajah, kuda nil dan buaya berjemur. “Pernah suatu hari menginap di pondok, ditungguin lima gajah jantan semalam. Bersuara terus sampai saya tidak bisa tidur. Pernah juga ditungguin kuda nil,” kenangnya.
Menurut Taryono, ia ke Namibia bersama rekan peneliti lainnya Dr. Supriyanta yang dikenal peneliti varietas padi di Fakultas Pertanian UGM. Adapun kegiatan yang mereka lakukan adalah pendampingan dan pelatihan tenaga dosen, mahasiswa dan petani. Universitas Namibia menyediakan lahan seluas lima hektare di daerah Ogongo sebagai lokasi media pembelajaran pengembagan padi. “Kita sempat juga mengajari mahasiswa dan petani belajar tanam padi (melangkah) mundur,” kenangnya.
Selain melakukan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanian, pihaknya melakukan penyediaan dan penyesuaian sarana dan prasarana padi, serta penyediaan sarana pembelajaran di lahan kampus Ogongo. Lalu, pada tahun 2022, UGM mengirim tenaga ahli untuk pengaktifan kembali laboratorium budi daya jaringan tanaman di Universitas Namibia.
Penulis: Gusti Grehenson