Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM, Dr. Muhammad Anggri Setiawan, mengatakan dalam tahap kondisi tanggap darurat sekarang ini, posisi BPBD akan sangat diperlukan dalam menangani korban dan pengungsi. “Sedianya BPBD melakukan kaji cepat ke seluruh wilayah terdampak untuk pemetaan kebutuhan pengungsi secara menyeluruh,” kata Anggri.
Menurutnya, fokus sementara untuk tanggap darurat sebaiknya untuk penanganan korban bencana hingga mendapatkan tempat yang aman baik di tenda darurat ataupun lokasi penampungan perlu diperhatikan terkait pemenuhan kebutuhan dasarnya. “Setiap bencana dan dampak yang ditimbulkan memerlukan waktu penanganan yang berbeda umumnya mengacu kepada penyediaan bahan logistik tanggap darurat dan melihat perkembangan situasinya,” jelasnya.
Kejadian bencana gempa menurutnya peran Satuan Kerja Penanggulangan Kedaruratan Bencana (SKPDB) di tingkat kabupaten sangat penting karena langsung siap mengkoordinasi tahapan siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi pemulihan segala bentuk bencana.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait upaya mitigasi bencana atau alat deteksi gempa yang dilakukan pemerintah dan peneliti selama ini, Anggri menjelaskan usaha untuk memprediksi gempa sudah dilakukan para peneliti di Indonesia yakni salah satunya yang paling intens adalah potensi gempa di Sesar Lembang dan Sesar Sumatra. “Hal ini bisa dilakukan dengan menghitung seberapa cepat pergerakan bidang patahan atau sesar dengan acuan bahwa gempa merupakan siklus karena jika pernah terjadi saat ini, pasti pernah terjadi di masa lalu dan akan terjadi di masa depan,” katanya.
Untuk itu, hal awal yg perlu dilakukan adalah melakukan pemetaan guna mengidentifikasi secara spasial dimana saja keberadaan sesar pada suatu daerah. “Jika sudah teridentifikasi, masing-masing sesar perlu diestimasi rata-rata kecepatan pergerakannya. Dengan data inilah, kita bisa tahu mana sesar yang masih aktif dan tidak serta mana yang paling berpotensi untuk gempa di masa depan,” tegasnya.
Meski begitu, metode ini menurutnya tidak sepenuhnya akurat karena memang aktivitas alam sangat dinamis, tapi dengan tersedianya data dasar maka dapat dijadikan acuan terbaik utk skenario mitigasi di masa depan.
Namun, yang tidak kalah lebih penting menurut Anggri adalah setiap kejadian gempa besar selalu diikuti dengan gempa-gempa susulan dengan skala yang relatif lebih kecil. “Walaupun lebih kecil, tetap harus waspada,” pesannya.
Untuk warga yang tinggal di daerah pegunungan oleh gunung dengan lereng curam, ada kemungkinan jika gempa susulan dapat memicu tanah di sekitarnya semakin tidak stabil apalagi dengan ditambah hujan lebat menimbulkan risiko terjadinya longsor. “Saya kira perlu dilakukan evakuasi warga untuk daerah-daerah yang berdekatan dengan tebing tinggi,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : AFP