Universitas Gadjah Mada kembali mewisuda sebanyak 949 lulusan Program Sarjana dan Diploma untuk hari pertama di Grha Sabha Pramana, Rabu (23/11). Pada wisuda kali ini, terdapat wisudawan dari penerima beasiswa Bidik Misi atau Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) sebanyak 304 wisudawan. Sementara wisudawan yang berasal dari daerah 3T sebanyak 8 orang wisudawan. Masa studi rata-rata lulusan program sarjana periode ini adalah 4 tahun 4 bulan, dan waktu studi tercepat diraih oleh Savira Noor Febry dari Program Studi Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun. Sementara Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan Program Sarjana adalah 3,49.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med. Ed., Sp. OG(K), Ph.D., menyampaikan ucapan selamat kepada para wisudawan yang telah berhasil meraih gelar akademis jenjang Sarjana dan Diploma di Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, gelar yang disandang tersebut bisa menjadi langkah awal bagi wisudawan untuk turut berkontribusi nyata dalam memajukan pembangunan bangsa. “Selamat juga kepada para lulusan yang telah resmi menjadi bagian dari keluarga besar alumni Universitas Gadjah Mada. Jagalah nama baik dan rasa cinta terhadap almamater. Penuh syukur dan rasa bangga, kami turut mendoakan semoga Saudara sekalian menjadi lulusan yang berkarakter dan menjadi subjek penggerak perubahan sosial bangsa,” kata Rektor pada pidato sambutannya di Grha Sabha Pramana UGM.
Dalam kesempatan itu, Rektor UGM menyampaikan baru-baru ini Indonesia telah berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Di Forum G20 ini Indonesia berhasil mengajak anggota G20 menyerukan semangat perdamaian dan perang dihentikan, serta menghasilkan beberapa kesepakatan dari para pemimpin dunia sebagai solusi konkret untuk mengatasi krisis global. “Pada pertemuan G20 tersebut, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa kondisi dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Dunia menghadapi tantangan ekonomi global serius, seperti halnya krisis pangan dan krisis energi, serta ancaman kesehatan dengan kehadiran pandemi,” kata Rektor.
Apa yang disampaikan oleh Presiden tersebut menurut Rektor menjadi pesan bagi perguruan tinggi untuk ikut berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai tantangan tersebut melalui kerja sama lintas disiplin ilmu dalam bidang riset dan teknologi serta mendorong pengembangan kualitas SDM lulusan perguruan tinggi. “Kami percaya, bahwa dengan membangun kerja sama lintas disiplin ilmu, membuka ruang dialog, membangun pola pikir baru yang berorientasi pada penyelesaian masalah bangsa, akan membuat ilmu pengetahuan dan kompetensi para wisudawan wisudawati berdampak bagi masyarakat luas,” ujarnya.
Di hadapan para wisudawan, Rektor berpesan bahwa mereka adalah lulusan tangguh yang ditempa di era penuh tantangan dan ketahanan belajar dalam situasi krisis. “Saya percaya bahwa generasi yang terlahir di masa sulit akan memiliki daya tahan, kemandirian, kreativitas, serta kapasitas unggul,” pesannya.
Winnie, S.Psi., selaku Wakil Wisudawan dari program Sarjana Fakultas Psikologi menuturkan pencapaian gelar yang ia dapatkan bersama rekan wisudawan lainnya merupakan buah dari hasil didikan para pendidik dan dukungan kedua orang tua. “Semoga kami terus terdorong membalas jasa tak terhingga bapak ibu lakukan untuk kami,” katanya.
Bagi Winnie, prosesi wisuda ini merupakan jalan panjang bagi wisudawan untuk terjun ke dunia kerja dan mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara. “Kita akan menjalani rute baru yang berbeda. Barangkali rute baru ini lebih rumit, namun kita harus mampu menjalaninya dengan baik selama kita memahami diri sendiri dan kebijaksanaan yang cukup menyikapinya agar kita terus menguat dan menjulang,” paparnya.
CEO Saraswanti Group, Hari Hardono, selaku perwakilan dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) dalam sambutannya mengatakan para wisudawan merupakan lulusan yang sudah dianggap ahli di bidangnya terutama dalam penguasaan pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, di tengah era disrupsi teknologi sekarang ini, ia mengingatkan bahwa jangan sampai pekerjaan yang digeluti nantinya tergantikan oleh mesin dan robot. “Hati-hati robot menggantikan kalian. Agar tidak tertinggal zaman, gunakan teknologi itu mendukung profesi kalian dan gunakan dengan bijak,” ujarnya.
Meski teknologi terus berkembang, imbuhnya, masih banyak masyarakat yang akan tetap dan terus membutuhkan pemikiran dan sentuhan tangan manusia yang tidak bisa tergantikan oleh mesin dan teknologi apapun. “Tetaplah semangat, mengasah hati untuk mendengar dan memahami denyut nadi kehidupan dan permasalahan riil yang dihadapi masyarakat. Hadirlah di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto