Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2022, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel UGM bersama Harmoni Inklusi 2022 menggelar talkshow dan pameran inspiratif pada Sabtu (3/12). Acara bertajuk See: My Harmony tersebut menghadirkan berbagai karya teman-teman penyandang disabilitas dan kisah-kisah perjuangan inspiratif.
“Kita, UKM Peduli Difabel merayakan dengan mengundang teman-teman SLB, teman-teman difabel UGM, dan juga komunitas-komunitas peduli difabel di luar UGM,” tutur Vika selaku panitia.
Gelaran acara ini bertema Sandya Abhipraya yang berarti cita-cita dalam persatuan. Kalimat tersebut menjadi tujuan utama acara dalam usahanya mewujudkan inklusivitas bagi teman-teman disabilitas. Tidak hanya bekerja sama dengan komunitas peduli difabel, acara ini juga menggaet Disability Art Jogja untuk menampilkan karya seni lukis dari teman-teman difabel.
Tak hanya pameran, See: My Harmony juga mengundang seorang atlet tenis difabel ASEAN Para Games, Ndaru Patma Putri. Ia berbagi kisah tentang bagaimana perjuangannya sebagai penyandang disabilitas akibat bencana gempa.
“Saya dulu merasa shock dan benar-benar ingin menyerah. Kemudian saya dikenalkan oleh dunia tenis, mulai pegang-pegang alat tenis, mulai akrab dengan lapangan. Baru kemudian di tahun 2012, saya benar-benar fokus menjadi atlet tenis,” ujar Ndaru.
Sebagai atlet yang sukses, ia berpesan pada teman-teman disabilitas untuk belajar menerima keadaan dan menggantinya dengan pengembangan diri. Lingkungan saat ini memang belum sepenuhnya inklusif bagi difabel, namun sudah muncul berbagai usaha untuk mewujudkannya.
Selain Ndaru, turut hadir Kikin Tarigan selaku Komisioner Komisi Nasional Disabilitas RI yang memaparkan tentang usaha pemerintah untuk mulai merintis kebijakan inklusif.
“Kebijakan pemerintah nantinya akan menyediakan unit-unit khusus bagi penyandang disabilitas. Tapi kami belum berfokus kesana dulu, kami fokus melakukan kerja sama dengan universitas. Kenapa universitas? Karena di situ terjadi proses riset, penelitian, dan sikap kritis mahasiswa. Melalui kampus UGM akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang nantinya mempunyai misi menciptakan Indonesia inklusif,” terang Kikin.
Langkah awal dalam misi ini dimulai dari perubahan persepsi. Masih banyak masyarakat yang memandang disabilitas dengan sikap yang kurang baik. Hal ini berujung pada rasa terkucilkan dalam diri teman-teman difabel.
Pagelaran acara UKM Peduli Difabel tidak hanya memberikan kisah-kisah inspiratif dan karya teman-teman dengan berkebutuhan khusus, namun juga membuka pandangan untuk tidak menganggap difabel sebagai orang yang memiliki kekurangan, melainkan bagian dari kita.
Penulis: Tasya