Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan pelatihan bela negara pada 30 November hingga 3 Desember lalu di Klaten. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa afirmasi asal Papua dan Papua Barat yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa tengah.
“Tantangan globalisasi, gempuran perkembangan teknologi, dan masalah kesehatan mental menjadi tantangan generasi mahasiswa saat ini. Semakin kompleksnya permasalahan yang terjadi pada generasi saat ini menuntut adanya pemahaman penanaman bela negara yang berbeda dan dicocokkan dengan keadaan anak muda saat ini,” papar Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni , Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si.
Dalam kesempatan yang sama salah satu narasumber dari Puslapdik, Prof. Dr. Ir Yonny Koesmaryono, MS, menegaskan bahwa mahasiswa afirmasi harus dapat memanfaatkan peluang dan dapat beradaptasi secara cepat. Para mahasiswa juga harus dapat memanfaatkan beasiswa yang telah diberikan oleh negara karena mereka juga merupakan penggerak mutu ekonomi nasional.
“Manfaatkan segala sumber daya yang telah diberikan negara dan selesaikan studi tepat waktu. Jangan lupa untuk berpartisipasi di kegiatan kampus dan ikuti Magang Bersama Kampus Merdeka supaya terbuka pemahaman baru tentang dunia,” ucapnya.
Selain mahasiswa afirmasi dari UGM, peserta kegiatan ini di antaranya berasal dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa APMD, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Muhammadiyah Magelang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret dan Universitas Widya Mataram.
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai bela negara, serta kemampuan untuk mengaplikasikan dan mendiskusikan pemahaman dan pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dengan kondisi riil yang terjadi di daerah asal. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan gagasan baru mahasiswa di dalam memperkuat bela negara Indonesia.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Sindung Tjahyadi, mengatakan selain materi-materi mengenai bela negara, kegiatan pelatihan bela negara yang ada di UGM ini juga memuat pendekatan dari perspektif budaya. Mahasiswa belajar mengenai budaya-budaya lokal seperti kesenian angklung, lesung karawitan, dan tari Jawa, yang dipentaskan pada malam terakhir kegiatan.
“Pemahaman mengenai perspektif budaya ini penting agar mahasiswa mampu memahami budaya dan kearifan lokal sebagai modal dasar pembangunan nasional. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya melibatkan narasumber dari akademisi dan Puslapdik akan tetapi juga seniman atau budayawan Klaten,” kata Sindung.