Universitas Gadjah Mada menggelar Konferensi Internasional ke-3 tentang keterlibatan masyarakat dan pendidikan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, Rabu (7/12), di Ballroom Hotel Grand Rohan Yogyakarta. Konferensi ini bertujuan untuk mempresentasikan dan mendiskusikan praktik-praktik baik perguruan tinggi dalam meningkatkan kegiatan keterlibatan masyarakat untuk pendidikan berkelanjutan dan pembangunan menuju pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Konferensi yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM ini menghadirkan Mantan Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof Irfan Dwidya Prijambada, Peneliti dari International Islamic University Malaysia (IIUM), Prof Tan Sri Dato’ Dzulkifli Abdul Razak, dan Prof Mario T Tabucanon dari The United Nations University’s Institute of Advanced Studies (UNU-IAS) Jepang
Prof Tan Sri Dato’ Dzulkifli Abdul Razak mengatakan pendidikan memberikan kontribusi besar dalam mendukung pembangunan berkelanjutan termasuk melakukan upaya mitigasi perubahan iklim melalui kemitraan dan kerja bersama antara dunia pendidikan, pemerintah, industri dan masyarakat.
Dalam kesempatan itu ia menegaskan bahwa dunia perguruan tinggi juga memberikan perhatian pada kearifan tradisional yang yang masih berlaku di masyarakat yang juga bisa mendukung pembangunan berkelanjutan. Ia mencontohkan pengairan subak di Bali yang menurutnya sangat mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan karena ikut serta melakukan konservasi lingkungan melalui tata kelola irigasi tradisional. “Subak di Bali yang dikelola secara sosio kultural patut dicontoh,” ujarnya.
Sementara Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Prof Irfan Dwidya Prijambada, mengatakan salah satu kontribusi UGM dalam mendukung pembangunan berkelanjutan adalah program Kuliah Kerja Nyata dimana mahasiswa tinggal bersama masyarakat selama dua bulan di lokasi untuk memecahkan berbagai permasalahan. Meski sebagai bagian dari proses pembelajaran dalam pemberdayaan masyarakat, namun kegiatan KKN menurut Irfan mampu memperkuat partisipasi masyarakat dan menumbuhkan perhatian warga pada problem mereka. Irfan mencontohkan berbagai kegiatan KKN yang mendukung pembangunan berkelanjutan diantaranya penanaman kakao pada petani di Patuk Gunungkidul. Selain diajak menanam kakao, petani juga dilatih untuk memberikan nilai tambah dari hasil panen kakao mulai dari proses fermentasi hingga mengolahnya menjadi produk coklat. “Tanamannya untuk mendukung mitigasi perubahan iklim. Hasil panen kakaonya, petani juga diajarkan fermentasi lalu pendampingan masyarakat dalam memberikan nilai tambah agar bisa memproduksi coklat khas Gunungkidul,” katanya.
Selain itu, Irfan juga menerangkan bahwa kegiatan KKN UGM juga melakukan pendampingan dan pelatihan pada penambang emas skala rakyat di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Selama tiga tahun, mahasiswa mengenalkan teknologi ramah lingkungan dalam pengolahan emas. “Mahasiswa mengenalkan teknologi pengolahan emas tanpa menggunakan Hg atau merkuri, tapi menggunakan boraks,” jelasnya.
Meski di daerah tambang menurut Irfan dikenal sebagai area yang penuh konflik, namun kehadiran mahasiswa di lokasi tambang dengan mengenalkan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan ternyata dapat diterima oleh para penambang dan masyarakat sekitar tambang.
Penulis : Gusti Grehenson