Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Gumilang Aryo Sahadewo, SE., M.A., Ph.D., mengatakan pada tahun 2022 FEB UGM meluncurkan 60 hibah penelitian. Penelitian-penelitian tersebut saat ini tengah dipresentasikan dalam 11 sesi pararel pada Hari Diseminasi Riset.
Bermacam topik dipresentasikan mulai dari respons terhadap Covid-19, kewirausahaan, pengentasan kemiskinan dan lain-lain. Dengan diseminasi riset ini diharapkan bisa mendorong dosen dan peneliti FEB UGM menjadi top leaders atau pemimpin intelektual di bidangnya masing-masing.
“Untuk itu kami juga mendorong rekan-rekan untuk produktif di dalam melakukan riset. Karena mau tidak mau kalau kita ingin berkompetisi secara internasional maka UGM dan FEB UGM harus benar-benar bisa meningkatkan riset-risetnya ke depan,” ujar Gumilang di Sapta Akasa Gedung Learning Center FEB UGM, Jumat (9/12).
Gumilang menandaskan selain melakukan riset, FEB UGM ingin memastikan riset-riset yang dihasilkan mampu diturunkan guna memberi warna pada proses pendidikan atau pengajaran di FEB UGM. Topik-topik di luaran telah berkembang sedemikian pesat, sebagai contoh dalam beberapa tahun terakhir berkembang topik terkait green economy, blue economy, topik sustainability atau keberlanjutan dan ini menjadi pekerjaan rumah yang terus dipikirkan.
“Ada satu irisan yang luar biasa dan menarik yaitu terkait dengan enterpreunership atau kewirausahaan dan kepemimpinan. Saat ini yang menjadi fokus utama adalah kita tidak bisa lagi sekedar berbisnis secara konservatif, mau tidak mau kita perlu memikirkan bagaimana bisa memastikan sustainability terhadap lingkungan dan seterusnya. Untuk bisa mencapai hal itu tentu diperlukan leadership dan semacam ini tentu menjadi topik irisan yang menarik seperti yang sudah diinisiasi oleh ASEAN Network for Green Entrepreneurship and Leadership atau ANGEL,” terangnya.
ANGEL memang menjadi salah satu riset unggulan yang diinisiasi oleh Prof. Nurul Indarti, Sivilokonom., Cand. Merc., Ph.D selaku Ketua Departemen Managemen FEB UGM sekaligus Project Coordinator ANGEL UGM. Pada tahun ini memasuki tahun keenam periode kedua ANGEL dinilai telah menangkap tren atau fenomena yang melibatkan tidak hanya skala nasional tapi global dan tercatat 12 universitas serta 11 negara bergabung dalam ANGEL.
Nurul Indarti menuturkan ANGEL bertujuan membangun kapasitas yang diperlukan di dua belas universitas ASEAN untuk meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi dan inovasi di negara-negara mitra yang memiliki kekurangan kapasitas dalam kewirausahaan hijau serta menyelesaikan masalah yang mengakar kuat di masyarakat, seperti tantangan kemiskinan. Selain itu, juga menyelesaikan pekerjaan berkualitas rendah di sektor informal, kesenjangan digital dan kesenjangan kepemimpinan.
“ANGEL ini untuk mendukung pengembangan ekosistem kepemimpinan kewirausahaan hijau yang inovatif serta mendorong terwujudnya iklim wirausaha berkelanjutan,” ujar Nurul.
Program ANGEL fokus untuk mengharmonisasikan langkah-langkah bersama guna mencetak pemimpin transformasional yang kreatif berkarya dalam spirit kewirausahaan yang ramah lingkungan. Pemimpin ini akan menginspirasi perbaikan sosial karena mampu menghadirkan karya kerja usaha yang produktif, ramah lingkungan, bertanggung jawab, menghargai keberagaman, dan berintegritas.
“Inisiasi ANGEL bisa berdampak kepada pendidikan dan pengajaran di FEB UGM dan UGM. Bagaimana kedepan bisa berinteraksi dengan berbagai universitas di jejaring Asean untuk berupaya bersama terkait dengan green enterpreunership,” katanya.
Sekretaris Departemen Managemen FEB UGM, Boyke R. Purnomo, SE., M.M., Ph.D., menambahkan ANGEL merupakan skema bagian dari green mainstreaming. Artinya, proyek ini mengarusutamakan ekonomi hijau yang terus menjadi isu global saat ini.
“Pengarusutamaan hijau ini tidak bisa dikerjakan oleh satu pihak tapi perlu semua. Tidak hanya individu, tidak hanya sekolahan, pemerintahan, tidak hanya NGO karena motor atau sponsornya Erasmus (European Union) maka mereka tentunya lebih fokus untuk mencapai capacity buildingnya melalui pendidikan tinggi,”ujarnya.
Dengan begitu, peran perguruan tinggi cukup dominan dalam program pengarusutamaan hijau ini. Secara critical mass kewirausahaan hijau ini tentunya dapat tercapai bila secara spesifik peran perguruan tinggi bisa berkontribusi dalam proses tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan 3 hal penting yaitu persoalan infrastruktur, sisem tata kelola dan SDM dosen dan peneliti. Sistem tata kelola berkaitan fasilitas dan lain-lain, sementara SDM terkait dosen, mahasiswa, dan para peneliti.
“Jadi, saya kira tiga hal itu yang menjadi area dan bisa menjadi pemantik soal pengarusutamaan kewirausahaan hijau. Harapannya kenapa di perguruan tinggi? Tentunya karena perguruan tinggi yang mencetak pemimpin di masa depan,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho