Pangan menjadi hal penting mengingat pangan adalah kebutuhan pertama dan utama makhluk hidup. Dengan pangan tercukupi, maka aktifitas atau program kegiatan yang lain akan dilaksanakan dengan baik dan lancar. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi kekurangan pangan akan berdampak buruk terhadap keberhasilan pembangunan.
Isu krisis pangan santer terdengar dan mengancam berbagai negara di belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, pemerintah tentu mempunyai upaya antisipasi dalam menghadapi hal tersebut.
“ Matching fund patriot pangan nasional ini tentunya sebagai langkah antisipasi juga bertujuan untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pemanfaatan pangan lokal untuk mendukung ketahanan pangan nasional,”ujar Plh. Bupati Brebes, Ir. Djoko Gunawan, M.T., saat memberi sambutan pada acara panen 1000 Pedet dan 500 Kebuntingan Sapi Jabres di dusun Cilangbogo, Desa Kebandungan, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Selasa (13/12).
Menyampaikan pidato secara tertulis dan dibacakan Asisten II Bupati Brebes, ia menyampaikan dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, pemerintah Kabupaten Brebes berkomitmen untuk menyediakan ternak unggulan. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pemenuhan bahan pangan hewani bagi masyarakat.
Pada kesempatan ini, katanya, melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu dari 10 perguruan tinggi yang tergabung dalam Konsorsium Kedaulatan Pangan Nasional. Menurutnya, Brebes memiliki kantong-kantong unggulan lokal (SDGH) Sapi Jebres dan baru saja diajukan SDGH Domba Sakub, Kecamatan Bantarkawun telah ditetapkan sebagai wilayah Sumber Bibit Sapi Jabres.
“Sejak tahun 2014, melalui program Matching Fund Patriot Pangan Nasional dengan melibatkan tokoh dari perguruan tinggi diharapkan mampu berkontribusi dengan memanfaatkan teknologi hasil penelitian untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan populasi ternak untuk mewujudkan kedaulatan pangan,” katanya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Brebes sangat mendukung Program Matching Find Patriot Pangan Nasional ini. Dengan kerja sama bersama Fakultas Kedokteran Hewan UGM diharapkan nantinya mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional yang berbasis pada partisipasi masyarakat peternak.
“Saya juga berharap program ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta mencapai targetnya yakni kelahiran 1000 pedet dan 500 kebuntingan pada induk sapi,” imbuhnya.D
drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKH UGM, menyampaikan terima kasih kepada kedaireka yang telah membiayai penelitian dalam kegiatan ini dan Dinas Peternakan Jawa Tengah yang mendukung kegiatan ini sejak awal.
“Ini bagian dari proses yang panjang untuk mengangkat Sapi Jabres di kancah nasional. Sapi ini mulai kita angkat sejak tahun 2016, saat itu saya dengan kepala dinas melihat sapi di Desa Kemuning Brebes ini ko bisa bunting 14 kali,” ungkapnya.
Agung mengungkap untuk mengembangkan sapi ini kemudian diberikan program tambahan yaitu inseminasi birahi sehingga sapi sapi yang belum birahi diseragamkan agar birahi.
“Kita inseminasi buatan (IB). Pprogram itu masih terus berjalan sampai kini di Brebes, dan kita berharap Brebes ini nanti jadi pusat sumber bibit nasional untuk sapi di Indonesia guna mendukung ketersediaan pangan di Indonesia,” harapnya.
Disamping menghasilkan pedet-pedet, tim dari FKH UGM dan Dinas Peternakan Kabupaten melakukan pendampingan kepada indukan bunting. Secara bersama indukan-indukan bunting didampingi saat lahir nantinya.
“Sebelumnya juga kita lakukan pemeriksaan pada indukan bunting, pemberian obat, bantuan mineral dan vitamin, obat cacing beserta pendampingan dari tim ini yang sudah kita latih, jadi ketika nanti ada masalah semua bisa disiapkan,” terangnya.
Hal sama disampaikan Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo, MM. Menurutnya, kedaulatan pangan menjadi isu nasional. Oleh karena itu, masyarakat di Brebes untuk memperhatikan kebutuhan makan untuk dirinya sendiri terlebih dahulu terutama untuk daging.
“Saya sempat berdiskusi tadi jangan sampai bapak ibu disini punya ternak yang bagus atau sapi yang bagus tapi justru untuk diri sendiri tidak terdistribusi untuk kebutuhan daging dengan baik,” katanya.
Untuk itu, pesannya, sapi yang dihasilkan jangan langsung dijual atau langsung dijual keluar tetapi diharapkan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri dahulu. Usaha ini diharapkan menjadi upaya mewujudkan ketahanan pangan bersama.
“Jadi, program ini melibatkan kedaireka sebagai program kerja sama yang diluncurkan Ditjen Dikti dan UGM yang tujuannya untuk memberikan manfaat hasil penelitian di kampus-kampus yang hasilnya diharapkan berdampak pada masyarakat,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho