Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Prof. Danang Parikesit, M.Sc., mengatakan sebanyak 4 juta pengguna memenuhi jalan tol setiap harinya. Dengan jumlah yang sedemikian itu maka pengguna jalan tol tidak dapat dilayani hanya dengan cara manual tetapi perlu terobosan agar mereka dapat terlayani dengan maksimal.
“Artinya mereka tidak lagi dapat dilayani secara manual, perlu beralih ke piranti yang lebih cerdas,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci pada acara Dialog Teknologi: Implementasi Multi-Lane Free Flow (MLFF) untuk Peningkatan Pelayanan Jalan Tol, di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, lantai 2 Gedung Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Jl. Teknika Utara, Yogyakarta, Sabtu (17/12).
Menurut Danang, Multi-Lane Free Flow (MLFF) bisa sebagai solusi. MLFF merupakan inovasi tekonologi yang dikembangkan dengan mudah serta memanfaatkan gadget masing-masing.
Dialog Teknologi: Implementasi Multi-Lane Free Flow (MLFF) untuk Peningkatan Pelayanan Jalan Tol diselenggarakan Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM bekerja sama dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR dan PT Roatex Indonesia Toll System.
Najib Faizal, S.T, M.Sc selaku Kepala Pusdatin dan Ketua Tim Pengendali MLFF dari Kementerian PUPR menyampaikan CANTAS sebagai teknologi MLFF menyediakan data penting seperti Origin – Destination, data pengguna dan perilaku pengguna. BPJT dalam hal ini terbuka bagi para mahasiswa untuk skripsi dan tesis mengenai MLFF.
“Kami terbuka selalu dan siap menyediakan data dan memberikan pembimbingan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM, Ir. Ikaputra Ph.D., menambahkan sebagai sebuah sistem yang baru, layanan MLFF ini menuntut perubahan pola penggunaan jalan tol. Tentang MLFF ini, disebutnya, perlu diketahui dengan baik oleh masyarakat maupun kalangan akademisi sebelum dilakukan implementasi secara luas.
“Untuk itu diperlukan sosialisasi kepada stakeholders terkait untuk memastikan sistem dapat berjalan dengan baik, dan acara inipum saya kira merupakan wujud dari sosialisasi tersebut, dengan menghadirkan para pihak, yaitu pemegang kebijakan, pelaksana operasional MLFF, akademisi, kelompok profesi, serta masyarakat sebagai pengguna,”paparnya.
Galuh Permana Waluyo, S.T., M.Eng., MURP dari BPJT menyampaikan data dari Worldbank menyebut Indonesia mengalami kerugian mencapai USD4 Milliar atau 56 Triliun rupiah akibat terjadinya kemacetan. Sedangkan kerugian antrian di gerbang tol tercatat mencapai USD300 juta atau Rp4,4 Triliun per tahun.
Sehingga untuk mengurangi potensi kerugian lebih besar diperlukam pengembangan atau inovasi teknologi dalam hal peningkatan layanan salah satunya adalah MLFF. Diperlukan stakeholders engagement untuk dapat menyosialisasikan penerapan MLFF kepada masyarakat.
Bagi Dr. Sumbo Tinarbuko, M.Sn, MLFF merupakan upaya menciptakan peradaban baru bagi pengguna jalan tol. Pertanyaannya terkait dengan MLFF ini bagaimana kesiapan masyarakat menerima sistem baru teknologi MLFF dalam pemanfaatan jalan tol?
Menurutnya, kesiapan masyarakat nanti akan dipengaruhi oleh bagaimana cara mengomunikasi-visualkan sistem baru teknologi MLFF – Cantas. Oleh karena itu, kunci penting dalam melakukan pengenalan teknologi MLFF kepada masyarakat lebih terkait pada konteks komunikasi visual.
“Harus dirancang secara sederhana, menarik, unik dan komunikatif. Hasilnya bisa dikumandangkan di ruang publik guna menyampaikan informasi keberadaan MLFF – Cantas bagi pengguna jalan tol,” jelanya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Tribunnews