Gubernur Jawa Tengah sekaligus Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Ganjar Pranowo, menyerahkan penghargaan Anugerah Alumni Mengabdi, dalam rangka kegiatan Nitilaku Dies Natalis ke-73 UGM, Sabtu (17/12), di Grha Sabha Pramana. Penghargaan tersebut sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi Kagama kepada para alumni yang telah mengabdikan ilmu pengetahuan dan hidupnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Kelima alumni UGM yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah Putu Ardana, Yohanes Indrawan, Nirwan Ahmad Arsuka, Lita Anggraini dan Jember Farha Abdul Kadir Assegaf.
Ganjar Pranowo mengatakan penghargaan anugerah alumni mengabdi dari Kagama ini sebagai bentuk kepedulian Kagama pada alumni atas kiprahnya di masyarakat. Menurut Ganjar banyak alumni UGM yang memiliki kepedulian pada persoalan masyarakat. Bahkan, ada juga alumni yang bekerja menjadi penyelamat hewan langka di Indonesia. “Kita (Kagama) sempat ke Kalimantan melihat penyelamatan orangutan yang luar biasa. Kami hitung, ada enam anggota Kagama ikut di dalam hutan. Saya tanya, kapan kalian keluar dari hutan? setahun dua kali. Sungguh pengabdian yang luar biasa dalam menyelamatkan orangutan,” katanya.
Menurut Ganjar, banyak alumni yang seharusnya pantas mendapatkan penghargaan yang sama. Ia mengapresiasi dengan apa yang telah dilakukan para alumni meski jauh dari pemberiaan dan liputan media massa dan elektronik.”Ada banyak kawan kita layak mendapatkan penghargaan. Siapa mereka, bagaimana kisah mereka memberi inspirasi dan spirit bagi kita untuk selalu mengabdi,” ujarnya.
Putu Ardana, salah satu alumni yang mendapatkan penghargaan menyampaikan apresiasi atas penghargaan yang diberikan oleh Kagama. Menurutnya, masih banyak alumni yang layak mendapatkan apresiasi dan penghargaan selain dirinya. “Tentu saja saya menyampaikan terima kasih. Banyak sekali alumni yang layak mendapatkannya. Sebagian besar pengabdian dilakukan di tempat tempat dan jalan yang sunyi,” kata lulusan jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis ini.
Putu Ardana menceritakan pengabdian yang ia lakukan adalah mengubah lahan kritis di sekitar danau Tamblingan menjadi lahan hijau dengan mengajak petani yang sebelumnya menanam sayur untuk menanam kopi. “Sebetulnya bukan di petani kopi, poinnya di lahan yang mulai rusak oleh tanaman jangka pendek dan menggunakan pestisida. Kita alihkan ke pupuk organik dengan menanam tanaman keras sehingga peresapan air lebih bagus lagi dan tanah menjadi subur,” katanya
Selanjutnya ia mengajak petani menanam kopi arabika di lahan seluas 40 hektare di sekitar area hutan Tamblingan yang mencapai 1300 hektare. Dengan mengajak menanam kopi, secara tidak langsung akan menghijaukan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan petani.”Pelan-pelan kita mengajak menanam kopi. Hasil panen kita tampung dan kita pasarkan. Ada sekitar 5-6 ton kopi yang dihasilkan per tahun,” katanya.
Selain Putu Ardana, peraih penghargaan lain yakni Yohanes Indrawan dari Fisipol UGM yang dikenal sebagai relawan kemanusiaan saat bencana gempa bumi di Merapi pada 2006. Saat puncak pandemi 2019, ia menginisiasi membuat dan mengirimkan peti jenazah gratis ke berbagai rumah sakit saat banyak warga masyarakat yang meninggal tertular Covid-19.
Selanjutnya, Nirwan Ahmad Arsuka. Alumnus Fakultas Teknik UGM, dikenal berhasil mengembangkan gagasan berbagai ilmu dan pengetahuan ke anak-anak di pelosok tanah air melalui pustaka bergerak dengan menggunakan moda transportasi dari kuda, sepeda motor, perahu, gerobak dan becak dengan melibatkan 27 ribu relawan. Lalu, ada Lita Anggraini, alumnus Hubungan Internasional Fisipol UGM dikenal sebagai pegiat LSM yang mengadvokasi perempuan asisten rumah tangga. Adapun Farha Abdul Kadir Assegaf diketahui alumnus S2 Sosiologi Sekolah Pascasarjana UGM yang memilih pulang ke kampung halamannya di Desa Ledokombo, Jember, Jawa Timur mengajar anak buruh migran dan pengembang desa wisata Ledokombo.
Penulis : Gusti Grehenson