Yogya, KU
Sedikitnya 2500 ekor Lutung Jawa (Trachiphitecus auratus) setiap tahunnya diperdagangakan secara ilegal di pulau Jawa, Bali dan Lombok. Padahal jumlah populasi primata jenis Lutung Jawa ini jumlahnya tidak sampai lima persen dari populasi semula. Populasi hewan yang mirip manusia ini terus menyusut akibat perburuan liar dan perdagangan bebas yang hingga saat ini sering terjadi.
Menurut pemantauan Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu, sebuah organisasi perlindungan satwa liar yang berada di Malang, Jawa Timur ini, mengakui bahwa saat ini habitat lutung jawa hanya tersisa sedikit di Pulau Jawa.
“Jika persoalan perburuan liar dan perdagangan bebas satwa jenis primata ini tidak segera dihentikan, dikhawatirkan populasinya akan semakin berkurang bahkan punah,†kata Iwan Kurniawan, Ketua Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu dalam diskusi ’Diseminasi Lutung’ di Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Sabtu (5/4).
Seperti diketahui, Lutung Jawa termasuk jenis satwa yang dilindungi oleh undang-undang akibat keberadaannya semakin terancam punah. Habitat hewan jenis primata ini diketahui berada di daerah areal kawasan hutan hujan. Namun, seiring adanya perubahan fungsi hutan hujan di pulau Jawa menjadi areal produksi, pertanian, perkebunan, dan pemukiman maka populasi Lutung Jawa ini pun semakin berkurang populasinya.
â€Habitat lutung jawa ini khan ada di hutan hujan, di hutan tersebut biasanya ditemukan elang dan macan, jika habitatnya bagus maka diperkirakan lutungnya pasti ada,â€katanya.
Lebih lanjut Iwan menjelaskan, kini diperkirakan di provinsi Jawa Barat dan Jawa timur yang masih memiliki wilayah konservasi yang memungkinkan masih adanya habitat lutung Jawa.
â€Melihat kondisi penutupan hutan akhir-akhir ini, kelihatannya hanya Jawa Timur dan Jawa Barat yang paling banyak. Karena banyaknya kawasan konservasi di dua daerah ini,†tandasnya.
Di Jawa Timur, kata Iwan, kini lutung jawa bisa ditemui di sejumlah lokasi seperti di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Gunung Arjuna, Pegunungan Hyang, Taman Nasional Alas purwo, Taman Nasional Baluran, Pulau Sempu, Tahura R Soerjo dan Taman Nasional Merebetiri. Di beberapa daerah lutung ini telah punah secara lokal, misalnya di Gunung Panderman dan Pegunungan Kawi sisi timur.
Iwan menyebutkan, pada tahun 2006 yang lalu, pihaknya sudah mengembalikan sebanyak 41 ekor lutung jawa ke habitatnya. Kesemuanya dilepas di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Sebelumnya, satwa itu telah dirawat dan dilatih untuk hidup di alam bebas di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Setelah menjalani proses observasi perilaku, cek medis, perawatan dan pelatihan selama kurang lebih 1 tahun, satwa-satwa tersebut dilepas kembali ke habitatnya.
Dikatakan Iwan, pihaknya juga merawat sekitar sembilan ekor lutung jawa yang di dapat dari wilayah Jogja dan sekitarnya.
“Sejak dari tahun 2003, kita sudah menerima sekitar sembilan ekor lutung jawa yang dikirim dari PPS Jogja,†terangnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)