UGM berhasil menduduki peringkat pertama nasional sebagai universitas dengan jumlah pengusul, jumlah proposal lolos, dan jumlah total pendanaan terbanyak program Matching Fund Kedaireka 2022 Kemendikbudristek.
“Total ada 95 proposal yang berhasil lolos didanai dari 296 proposal yang diajukan UGM dalam program Matching Fund Kedaireka 2022,”jelas Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo, M.M., dalam kegiatan Matching Fund: Innovation Insight & Expo 2022, yang berlangsung Rabu (28/12) di GSP UGM.
Dalam program Matching Fund Kedaireka 2022, ada 95 proposal yang berhasil mendapatkan pendanaan meliputi 86 proposal pendidikan tinggi (Dikti) dan 9 proposal pendidikan vokasi (Diksi). Setiap matching fund tersebar di berbagai klaster meliputi 14 program dari klaster sosial humaniora, 23 dari klaster sains teknologi, 19 dari klaster kesehatan dan obat, serta 36 dari klaster pangan dan agro kompleks. Untuk pendanaan UGM berhasil mendapatkan dana sebesar Rp67 miliar sebagai sumber pengembangan program matching fund 2022. Lalu, dari kontribusi mitra lebih dari Rp72 miliar.
Saat ini, UGM menghasilkan 60 produk prototipe dan 6 produk yang siap dihilirkan ke industri. Kondisi tersebut dikatakan Susatyo menjadi tantangan ke depan dalam penyiapan teknologi dan inovasi lebih baik lagi.
“Capaian di tahun 2022 ini akan menjadi lompatan inovasi di tahun 2023, memperkuat interaksi, dan tautan antara UGM dan mitra industri dalam membangun inovasi membumi untuk negeri,”katanya.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menyebutkan UGM fokus mewujudkan hasil kolaborasi dan inovasi yang dihasilkan melalui platform Kedaireka. Lewat kerja sama antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri ini UGM berupaya meningkatkan manfaat dan relevansi sekaligus pengembangan iptek di masyarakat.
“Kalau melihat jumlah yang dihasilkan banyak, lalu yang dihilirkan berapa? Kalau yang dihilirkan rendah ini ada PR besar untuk menciptakan inovasi yang mudah dihilirkan. Jadi, harus melihat kebutuhan industri dan masyarakat,”terangnya.
Ova mengatakan UGM telah mengikuti program matching fund sejak tahun 2021 lalu. Program ini memberikan kesempatan dan potensi bagi UGM untuk melakukan scale up inovasi baik dalam skala pilot project maupun industri.
“Kami mengapresiasi kerja keras peneliti yang menjalankan program matching fund. Harapannya bisa bermanfaat baik bagi institusi maupun masyarakat,”tuturnya.
Sementara Plt. Dirjen Dikti, Prof. Nizam, mengatakan program matching fund diluncurkan pada tahun 2021 untuk mengakselerasi hilirisasi pemikiran dan produk-produk perguruan tinggi. Upaya hilirisasi ini sebagai bentuk merelevankan karya tridarma perguruan tinggi dengan kebutuhan masyarakat serta dunia usaha dan dunia industri.
“Yang bisa dihilirkan tidak hanya produk-produk teknologi, tetapi juga pemikiran dari ilmu sosial humaniora. Seluruh spekturm inovasi karya tridarma perguruan tinggi sangat didorong dan jadi sesuatu yang migunani (bermanfaat)bagi masyarakat,”jelasnya.
Nizam memaparkan pada tahun 2022 ada sebanyak 5.407 proposal reka cipta dari 504 perguruan tinggi di Indonesia yang saling berkompetisi meraih pendanaan Kedaireka.
“Ada 86 proposal (Dikti) dan 9 proposal (Diksi) dari UGM yang lolos mendapatkan pendanaan Kedaireka dengan total pendanan lebih dari Rp64 miliar. Angka ini menjadikan UGM sebagai universitas dengan jumlah proposan dan didanai terbanyak tahun ini. Selamat dan kami mengapresiasi atas upaya menghilirkan karya yang sudah ditekuni,” urainya.
Luaran yang dihasilkan, lanjut Nizam, mendukung capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi yaitu jumlah mahasiswa berkegiatan di luar kampus (MBKM) dan penerapan riset dosen.
Penulis: Ika